Jumat, 02 Juni 2017

MENOLAK LUPA AROGANSI APARAT TIGA JUNI



oleh: Reza Kriztiawan (Bonek Campus ITATS)

Minggu, 3 Juni 2012 pertandingan lanjutan kompetisi Indonesia Premiere League atau yang disingkat IPL mempertemukan tuan rumah Persebaya melawan Persija Jakarta 1928 di stadion Gelora 10 November Surabaya. Saat itu Persebaya yang diperkuat berbagai macam pemain seperti Andik Vermansah, Mat Halil, Fernando Soler, dll memang diunggulkan untuk menang mengingat mereka bertanding di kandang sendiri. Persija sendiri bukan tanpa kekuatan, mempunyai mantan pemain Persebaya yaitu Danilo Fernando serta De Porras juga patut untuk diwaspadai.

Danillo Fernando mengamankan bola dari Karlovic

Kick Off berlangsung,jual beli serangan terjadi kala itu. Persebaya yang diharuskan menang bermain ngeyel agar dapat unggul terlebih dahulu, namun justru Persija yang bermain lepas tanpa beban seakan menampilkan permainan yang terbuka. Alhasil Persija unggul terlebih dahul 2 gol lewat sundulan dan sepakan dari De Porras, Persebaya 0-2 Persija. Persebaya langsung merespon,melalui pinalti dari Oktavio Dutra di kota pinalti dan sepakan Fernando Soler mampu membuat Persebaya berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Sampai di menit akhir pertandingan, lagi De Porras membuat seisi Gelora 10 November Surabaya terdiam setelah De Porras membuat Persija unggul dengan skor 2-3. Saat-saat pertandingan akan berakhir dengan kemenangan Persija, Fernando Soler membuat kejutan lewat sepakannya yang berujung gol untuk menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Pertandingan yang membua seisi stadion bergemuruh dan wasit meniup peluit berakhirnya pertandingan, Persebaya 3-3 Persija Jakarta 1928.
Seperti yang dilakukan sebelum-sebelumnya, setelah pertandingan berakhir beberapa Bonek lantas ingin memasuki lapangan untuk melepas spanduk yang dipasang disisi pagar tribun bukan memasuki lapangan untuk berbuat ricuh. Namun respon berlebihan ditunjukkan oleh bapak polisi yang terhormat, mereka lantas seperti melarang serta memberikan ayunan tongkatnya kepada beberapa Bonek yang ingin melepas spanduk mereka.

Polisi menembakan gas air mata ke tribun penonton
Kericuhanpun semakin menjadi,Bonek yang tak terima lantas memberikan perlawan kepada polisi sehingga menyulut tindakan dari Bonek yang berada ditribun. Ayunan tongkat dari polisi makin membuat situasi semakin tak terkendali. Polisi lalu membabi buta melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan suporter. Suasana pun menjadi panik. Suporter kemudian berebut keluar dari stadion untuk menghindari gas air mata yang membuat mata pedih.

Efek dari gas air mata (sumber: google)

Seharusnya aparat cukup mundur untuk menghindari lemparan/koordinasi dengan pentolan2 bonek untuk menenangkan jika memang dianggap berpotensi rusuh. Tapi yang dilakukan malah sebaliknya, aparat memilih melakukan tindakan represif memilih menembakkan gas air mata ke arah semua tribun secara membabi buta. Kericuhan yang terjadi bukan hanya didalam stadion melainkan sampai meluber diluar stadion yang menimbulkan beberapa korban anak kecil dan beberapa kerusakan. Ya, ke arah tribun LANGSUNG, hasilnya? Jelas Bonek semburat, panik, dan berlarian. Banyak Bonek maupun Bonita yang setelah berhasil keluar stadion tergeletak baik karna sesak, ataupun perih matanya. Kericuhan yang terjadi bukan hanya didalam stadion melainkan sampai meluber diluar stadion yang menimbulkan beberapa korban anak kecil dan beberapa kerusakan.

Seorang Bonek kecil yang menjadi korban di luar stadion

Dan yg membuat kami Bonek bersedih, dikabarkan rekan kita dulur semua Purwo Adi Utomo menghembuskan nafas terakhirnya.
Dalam kondisi tersebut, Purwo Adi Utomo, terjatuh dari tribun ekonomi lalu terinjak-injak rekan-rekannya yang panik hingga meninggal. Setelah dibawa pulang dari RSUD Dr Soetomo, Jenazah Tomi lalu dimakamkan keesokan harinya di TPU Asem Jajar dekat dengan rumah almarhum.
Kalau kami boleh bertanya pak polisi, sebagai warga negara yg harusnya bapak layani dan ayomi, dan juga sebagai supporter sepakbola. Apakah salah kami datang ke stadion, mendukung tim kebanggaan kami, sampai bapak harus menembakkan gas air mata kearah kami? Kenapa bapak memilih menembakkan gas air mata yang seharusnya itu menjadi pilihan terakhir? Apakah tembakan gas air mata sudah bapak anggap tepat dengan kondisi didalam tribun banyak anak kecil dan wanita? Sungguh kami menyesalkan tindakan tersebut pak, melepaskan gas air mata hingga rekan kami meninggal dunia. Kini kami hanya bisa berharap adanya keadilan, dan tidak ada lagi kejadian serupa/menyerupai kejadian tsb #StopKekerasanTerhadapSupporter.

Salah satu sudut stadion Gelora 10 November saat ini


Untuk teman sekaligus rekan kami, Purwo Adi Utomo, tenang di tribun Surgamu dan mari mendoakan almarhum agar selalu berada di sisi-Nya dan kami berharap kepada aparat, untuk lebih jeli memilih cara-cara dalam mengamankan sebuah pertandingan, cara-cara preventif bukan Represif !


Salah satu mural disudut kota Surabaya yang didedikasikan kepada almarhum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar