Jumat, 18 Maret 2016

SIKAP BONEK CAMPUS UNTUK MANAJEMEN PERSEBAYA

Oleh:
Bonek Campus


Terkait dengan adanya "Rembug Persebaya" tanggal 19 Maret nanti , kami dari Bonek Campus memiliki beberapa tanggapan atau sikap kami untuk Persebaya kedepan. 
Disini, kami hanya ingin mengutarakan pendapat kami, yang tentu saja bisa salah, oleh karnanya sebelumnya kami mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun pemikiran kami ini.
Yang pertama, dan yang terpenting kami mendukung diadakannya segera RUPS , dan SIM-CG harus keluar dari manajemen Persebaya mengingat rezim mereka bisa dikatakan gagal dalam mengelola manajemen Persebaya, mulai terjadinya dualisme, masih adanya tunggakan gaji saat ini, hingga belum jelasnya arah Persebaya kedepan, karna menurut kami Persebaya bukan tim yang kelasnya hanya untuk ujicoba sana sini!
Kedepan ada beberapa opsi yang bisa digunakan dasar untuk bentuk/ konsep manajemen Persebaya kedepan,

Pertama, Sistem sosios
Beberapa hari yang lalu, muncul tulisan dari cak Mohammad Ilham tentang penerapan sosios di Persebaya. Tidak lama berselang muncul tulisan cak Andhi BJ, yang intinya sosios bisa diterapkan di Persebaya melalui pembentukan koperasi oleh Bonek itu sendiri.
Konsep Sosios sendiri, menurut kami sangat bagus, dan akan mencerminkan bentuk gotong royong supporter untuk turut andil membiayai timnya.
Namun, menurut kami Sosios belum siap untuk diterapkan pada Persebaya saat ini. Sosios itu sendiri, seperti kita tau harus melegalkan "Bonek" agar dapat membeli saham di Persebaya.
Masih diperlukan proses panjang agar jika Bonek dilegalkan tidak terjadi kerancuan. Karena membuat legal salah satu basis massa supporter terbesar di Indonesia juga tidak gampang. Bonek yang sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, akan sulit jika harus  dijadikan legal.
Dimulai, dari pertanyaan jika memang mengharuskan sistem sosios ini diadopsi, bagaimana caranya untuk mengorganisir bonek yang sebegitu banyak dan tersebar di berbagai daerah? Apakah tidak akan terjadi kerancuan jika hanya mengakomodir pendapat beberapa elemen/individu saja? Bagaimana sistem control agar tidak terjadi kubu kubuan ataupun penunggangan kepentingan dalam pembelian saham atas nama bonek tersebut?

Kedua, opsi Persebaya diberikan ke Pemkot melalui BUMD
Persebaya Surabaya dapat diambil alih oleh Pemkot Surabaya melalui BUMD. Mengingat Persebaya juga Surabaya, dan jika sudah ditangan pemkot, yang dapat dikatakan representasi dari rakyat surabaya diharapkan mampu mengakomodir suara mayoritas Bonek , mayoritas pecinta sepakbola Surabaya. Pertanyaannya, maukah pemkot mengambil alih Persebaya??
Namun, jika Persebaya dikelola oleh Pemkot, yang dikhawatirkan akan ada tunggangan kepentingan saat musim pemilu, pilkada, dsb. Persebaya rawan digunakan sebagai alat berpolitik.

Opsi ketiga, dilepas ke Investor/swasta.
Sama dengan sosios , opsi ini juga relevan jika memang tim sepakbola harus bisa mandiri, dan tidak bergantung kepada pemerintah kota.
Opsi ini juga memiliki sisi negatif, jika dilepas ke investor/swasta ada ketakutan jika Persebaya akan dijadikan ajang bisnis semata, dan rawan dipindahtangankan. Selain itu, dengan opsi ini Persebaya bisa dibeli oleh siapa pun, asal mempunyai modal. Dan bisa saja, pemilik modal tersebut juga terafiliasi dengan dunia politik.

Berdasarkan ke 3 opsi tersebut, akan selalu ada sisi positif & negatif. Baik mau didalam (sosios) ataupun diluar manajemen kunci utamanya tetap ada pada Bonek itu sendiri. Bonek harus selalu kompak, kritis, dan berani bersuara ketika kelak manajemen menyimpang.
Bonek, dan kecintaannya pada Persebaya tidak perlu diragukan lagi, Bonek adalah pasar potensial dalam sepakbola Indonesia yang seharusnya dapat mempermudah dalam pencarian sponsor. Selain itu Bonek juga harus mempunyai sebuah wadah untuk unit usaha apapun seperti merchandise, dan lainnya, yang muaranya kedalam pendanaan tim. Jika hal itu dapat terjadi, Bonek akan memiliki daya tawar, bargaining position tersendiri, meskipun tidak masuk kedalam manajemen Persebaya.
Terakhir, dan yang patut digaris bawahi dengan konsep/bentuk manajemen apapun, jika pengelolaan persepakbolaan indonesia (PSSI) masih belum berubah, akan menjadi percuma. Karena bagi kami PSSI selaku induk sepakbola harus direvolusi terlebih dahulu, agar PSSI bisa profesional dan transparan, juga benar benar menegakkan statuta2 FIFA . Dengan itu, bisa jadi kelak tim tim dibawah naungan PSSI perlahan juga akan berbenah dengan sendirinya ke arah yang benar benar profesional.

Rabu, 09 Maret 2016

SUPPORTER SEPAKBOLA DAN MUSIK

 Oleh:
Fahmi Maulana Sitepu


            Hari ini, tanggal 9 Maret ditetapkan sebagai peringatan Hari Musik Nasional. Tanggal ini dipilih karena merupakan kelahiran salah satu maestro musik sekaligus pencipta lagu yang selalu dinyanyikan oleh kelompok supporter diatas tribun sebelum menyaksikan timnas sepakbola Indonesia berlaga diatas rumput hijau. Ya, lagu tersebut adalah lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Tidak bisa dipungkiri sepakbola adalah salah satu olahraga yang paling banyak digemari oleh hampir seluruh penduduk dunia. Karena digemari hampir seluruh penduduk di dunia, tidak bisa dipungkiri jika penggemar sepakbola sendiri berasal dari bermacam – macam profesi. Salah satu profesi yang memberi warna tersendiri dalam persebakbolaan modern ini adalah musisi. Sudah banyak musisi dunia yang menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu fans dari tim sepakbola, seperti Bob Marley, yang pernah berfoto setelah bermain sepakbola menggunakan celana dari tim Arsenal. Dari tanah lahirnya sepakbola, Inggris pun ada Liam dan Noel personil band Oasis yang secara terang – terangan mengakui bahwa mereka adalah fans dari tim Manchester City. Di Indonesia sendiri juga terdapat banyak sekali musisi yang secara terang - terangan menunjukkan bahwa mereka adalah fans dari salah satu tim sepakbola di Indonesia. Contohnya legenda Mbah Surip yang pernah menyanyikan lagu Bonek, sebuah julukan supporter Persebaya. Lalu ada PAS Band yang menciptakan lagu Aing Pendukung Persib, dan pastinya masih banyak lagi musisi lainnya.

            Disepakbola modern kini sebuah nyanyian menjadi hal yang wajib disuguhkan dalam sebuah pertandingan sepakbola. Ya, nyanyian itu lebih dikenal dengan sebutan chant dalam dunia supporter sepakbola. Chant ini munculpertama kali pada abad ke-19, dimana pada saat itu mulai munculnya komunitas supporter terorganisir di Inggris, yang disebut hooligan. Chant sendiri tidak seperti musik pada umumnya, yang dimainkan disebuah pentas musik diatas panggung dan diiringi oleh bermacam – macam alat musik ritmis dan melodis. Namun chant lebih identik dibawakan oleh musisi tribun hanya dengan suara, dan sesekali diiringi dengan bassdrum sebagai pengatur tempo. Hampir seluruh supporter sepakbola memilikki memilikki chant khusus dalam komunitas supporternya.
Dalam dunia supporter sepakbola, chant tidaklah hanya sebuah nyanyian omong kosong yang tidak memilikki tujuan. Chant sendiri merupakan media yang digunakan supporter sepakbola untuk menyampaikan aspirasi, baik untuk memberikan semangat kepada tim, unjuk harga diri terhadap supporter rival, sebagai  identitas karakter supporter, dan untuk penyampaian protes terhadap tim atau perangkat pertandingan.
Dalam memberikan dukungan terhadap tim, chant berlirikkan kalimat heroik pun menjadi andalan kelompok supporter. Tentunya dengan tujuan agar para pemain meresapi makna lirik chant yang menunjukkan harapan supporter agar tim yang didukungnya memenangkan pertandingan yang sedang berlangsung.
Seperti dua sisi mata uang yang berbeda, selain chant yang berlirikkan kalimat heroik juga ada chant yang berlirikkan kalimat rasis. Ya, chant tersebut ditujukan kepada tim atau kelompok supporter rival sebagai unjuk perlawanan dan harga diri kelompok supporter.
Identitas karakter supporterpun bisa disampaikan lewat chant, contohnya seperti salah satu kelompok supporter militan di Indonesia, Bonek, yang mempunyai lirik chant “...Kami gak mau ikut tawuran, kami bukanlah supporter yang kampungan...” lirik tersebut tentulah sebagai pembaharuan identitas karakter Bonek yang positif kepada masyarakat umum.
Supporter tim sepakbola tidak selamanya tunduk mendukung tim kebanggaannya, tak jarang para supporter sepakbola ini menyampaikan protes terhadap perangkat tim atau perangkat pertandingan. Ya, penyampaian tersebut kadang mereka sampaikan melalui chant. Chant untuk tujuan protes tersebut kadang bersifat spontan dan hanya mereka nyanyikan pada saat pertandingan hari itu.
Sangat patut diapresiasi apa yang dilakukan kelompok supporter sepakbola ini, mereka dengan lantang menyanyikan chant selama 2 x 45 menit hanya demi sebuah tim kebanggaan.

            Dijaman yang modern ini kelompok supporter tidak hanya menyuarakan dukungannya terhadap tim kebanggaan melalui chant diatas tribun. Namun kelompok supporter ini juga menyuarakannya melalui lagu yang dimainkan dengan alat musik band dan berlirikkan dukungan dan penyemangat untuk sebuah tim yang didukungnya. Tak jarang juga mereka mengaransemen sebuah chant yang dibawakan dengan alat musik band dengan aliran musik yang mereka anut.

            Band musik dari kalangan supporter memberi warna sendiri dalam dunia sepakbola modern ini, khususnya dunia supporter itu sendiri. Di Indonesia sendiri kehadiran band yang bernafaskan sepakbola atau kelompok supporter sangat diterima dengan baik. Bahkan hasil karyanya diminati oleh banyak kelompok supporter lain. Contoh tersebut bisa dilihat dari sebuah band asal Surakarta bernama The Working Class Symphony. Hasil karya band yang biasa disebut TWCS yang berjudul Satu Jiwa tersebut memilikki tempat tersendiri bagi kelompok – kelompok supporter di Indonesia. Lirik yang sederhana namun bermakna dalam dan menggambarkan sebuah kehidupan kebersamaan kelompok supporter menjadi daya tarik sendiri bagi kelompok supporter. Tidak jarang lagu tersebut selalu dinyanyikan dalam setiap acara pagelaran musik yang diadakan oleh kelompok supporter. Selain band TWCS ada juga band asal Amerika Serika yang salah satu lagunya memilikki tempat tersendiri di kelompok supporter Indonesia. Band tersebut bernama Death Before Dishonor dengan lagu berjudul Boston Belongs to Me. Lirik dalam lagu tersebut bermaknakan rasa bangga akan sebuah kota Boston baik dari sisi baik maupun buruk. Namun dalam dunia kelompok supporter Indonesia, kata Boston diganti dengan nama julukan tim atau nama tim atau nama kota asal sebuah tim.

            Kelompok supporter juga mempunyai band yang dikhususkan membawa lagu yang mengarah hanya pada satu tim yang didukung band tersebut. Contohnya di Surabaya, salah satu band yang sedang banyak dibincangkan adalah Scream For Pride. Band kelompok supporter asal Surabaya tersebut bernafaskan lirik yang ditujukan untuk mendukung tim sepakbola asal Surabaya, Persebaya. Personil band yang biasa disebut SFP ini memang berasal dari kelompok supporter Bonek, kelompok supporter tim Persebaya. Selain menciptakan lagu tentang Persebaya dan Bonek band ini juga mengaransemen salah satu chant dengan musikalitas yang mereka anut. SFP tentunya memilikki tempat tersendiri dihati para Bonek, hal ini bisa dilihat pada saat band ini tampil diatas panggung, selalu ada Bonek yang melihat serta ikut bernyanyi dan sesekali menyalakan flare unuk memeriahkan performance band tersebut. Selain itu SFP juga tudak pernah absen untuk tampil diacara pentas musik yang diadakan oleh kelompok supporter Bonek.


            Tidak bisa dipungkiri, musik dan sepakbola sudah menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal tersebut bisa kita lihat baik didalam stadion atau diluar stadion. Baik didalam negeri atau diluar negeri, musik sudah menjadi bumbu wajib yang harus ada dalam dunia supporter. Semoga dunia supporter dapat menjadi salah satu wadah untuk menyalurkan bakat dalam bermusik sehingga dapat memberikan warna yang beragam dalam musikalitas dunia supporter. SELAMAT HARI MUSIK NASIONAL !!!