Senin, 22 Agustus 2022

MENANG ATAU PAPAN BAWAH!

Persebaya Surabaya menelan kekalahan di pertandingan tandang melawan Borneo FC, mengakibatkan harus turun peringkat dan sekarang menduduki urutan ke 14.

Besok, mereka akan melakoni laga kandang melawan PSIS Semarang. Klub yang berjuluk “mahesa jenar” ini juga berisi para pemain eks dari Persebaya Surabaya.

Dukungan Bonek  tentunya juga tidak main-main, orang awam pun tau dalam 5 kali laga, klub kebanggaan arek-arek Suroboyo ini hanya mampu meraih 4 poin. Itu merupakan catatan merah bagi tim pelatih dan jajarannya.

Kami masih berharap akan kemenangan yang di dapatkan, tinggal bagaimana mereka yang berjuang di lapangan. Tanggung jawab penuh ada di pundak pelatih, pemain, dan semua yang merasa memakai logo yang ada di dada!

Semua tidak ingin besok mendapatkan hasil kekalahan, bahkan sekalipun hasil imbang. Untuk itu berjuanglah Persebaya Surabaya!

Tidak ada pilihan lain, menang atau papan bawah!


Satu Nyali Wani!!!


Selasa, 28 Juli 2020

LIGA UNTUK SIAPA?

LIGA UNTUK SIAPA?

Federasi tetap bersihkukuh untuk melanjutkan kembali Liga yang telah berhenti pada gameweek ke dua putaran pertama. Pada pertengahan oktober nanti liga akan kembali bergulir, Dengan protokol kesehatan ketat yang akan di terapkan “katanya”, inginnya sih meniru liga-liga top sepakbola di eropa sana, namun tidak kah berlebihan membandingkannya dengan sepakbola eropa. Tak apa mimpinya ketinggian tapi  mimpi yang tinggi harus diiringi dengan usaha yang berlebih, kita coba bertanya apakah federasi sudah melakukannya?. melihat federasi saat ini rasanya mimpi itu hanyalah sekedar mimpi di siang bolong belaka.

Liga akan digelar di pulau jawa untuk memangkas biaya operasional seluruh tim liga. terlepas dari segala konspirasi global, kita tahu kasus terbesar penyebaran covid-19 di indonesia adalah pulau jawa. Apakah tidak riskan jika memaksakan liga digelar di pulau jawa? Belum lagi masalah-masalah yang akan terjadi jika liga tetap digelar, mulai dari izin pertandingan hingga timbulnya cluster-cluster baru

Ada beberapa opsi yang di berikan oleh federasi jika liga akan kembali bergulir. Yang pertama Stadion hanya boleh di isi 30% dari seluruh kapasitas stadion + penonton harus membawa surat Rapid Test, sekedar informasi biaya Rapid Test sendiri Rp.150.000  itu pun yang paling murah, berapa biaya yang di keluarkan untuk satu kali pertandingan? Tentunya banyak. Opsi terakhir penonton tidak dapat masuk ke stadion, jika opsi ini dilakukan, tim memperoleh pemasukan dari mana? Ada tiga sumber pendanaan klub di Indonesia, sponsor, tiket, merchandaise dan seharusnya hak siar tapi "you know lah" hak siar di Indonesia masih dimonopoli oleh federasi. Tim hanya di beri subsidi 800 juta, gila apa? Padahal pengeluaran klub sendiri bisa lebih dari 800 juta satu musim. Salah satu direktur TVRI pernah berucap "membeli hak siar Liga Indonesia lebih mahal harganya daripada membeli hak siar Liga Inggris". kita hanya bisa menerka-nerka tanpa bisa memastikan berapa nominal hak siar Liga Indonesia seluruhnya, tentunya lebih besar daripada 800juta!. Apalagi opsi tanpa penonton, TV sebagai pemegang hak siar akan ketiban untung berlebih, rating akan melonjak pesat iklan-iklan akan banyak yang masuk haha.

Masalah jika di terapkannya opsi tanpa penonton untuk liga kali ini adalah pemusatan massa tetap akan terjadi di beberapa titik. Memang benar tidak berada di dalam stadion tapi di luar area stadion akan terdapat pengumpulan massa, siapkah aparat keamanan dengan ini?. Belum lagi yang melakukan nobar di beberapa warung atau kafe, dengan biaya yang lebih murah ini adalah opsi dibanding dengan menonton langsung ke Stadion dengan membawa surat Rapid Test yang harganya 3X lebih mahal dari harga tiket fans Persebaya. sekali lagi terlepas dari konspirasi dan tetek bengeknya, hal ini sangat mungkin terjadi jika liga benar-benar akan bergulir, walaupun ketua federasi saat ini ndan Ibul ( Iwan Bule ) telah menghimbau agar suporter tidak melakukan nobar atau datang ke Stadion, jika hanya himbauan tanpa ada tindakan nyata federasi ya sama saja dong apalagi sudah menyangkut kecintaan dan rasa rindu fans terhadap tim pujaannya, walaupun Bonek pernah melaluinya bertahun-tahun. tak tertutup kemugkinan suporter akan tetap menuju area stadion dan melakukan nobar wong pertandingan tanpa penonton saja dibudalin apa lagi hanya sekedar himbauan.

Belum lagi tidak adanya degradasi membuat persaingan kompetisi semakin hambar bagaikan sayur tanpa garam. Mana mungkin kompetisi sepakbola dijalankan tanpa adanya degradasi, justru ini yang akan membuat banyaknya match fixing terjadi. berpelik dengan maksud agar timnas mampu berbicara banyak di Piala Dunia U-21 di Indonesia adalah alasan yang terkesan dipaksakan karena bagaimapun kompetisi di usia muda berguna sebagai ajang mencari pengalaman dan merasakan atmosfer Internasional untuk kelak berguna di timnas senior.

                Seluruh penikmat sepakbola indonesia menginginkan terjadinya perubahan di tubuh federasi sedangkan ketika kita seharusnya melakukan perubahan itu kita malah terfokus dengan egoisme klub masing-masing. Kita tahu kondisi keuangan klub sedang tidak baik namun dengan tetap menggelar kompetisipun, subsidi yang di berikan oleh federasi tidak mencukupi untuk menutupi pengeluaran klub satu musim jika bicara tentang klub liga satu. Hanya lima klub liga satu yang menolak liga kembali bergulir diantaranya : Persebaya, Persipura, Barito Putera, Persik, dan Persita. Patut di nantikan konsistensi kelima klub tersebut. Hanya Persebaya yang beriringan dengan para suporternya (Bonek) dengan sepakat menolak liga kembali di gulirkan, beruntunglah Persebaya memiliki suporter yang kritis dan militan.

                 Sudah saatnya federasi fokus untuk menyiapkan musim berikutnya dengan sistem dan perangkat kompetisi yang baik untuk menggelar kompetisi musim depan daripada memaksakan untuk menggelar liga di keadaan yang serba tidak jelas ini. federasi harus menjadikan pandemi ini sebagai momentum untuk membersihkan diri dari kotoran-kotoran kepentingan para politikus maupun elite club.

                Jadi jika memang Liga akan kembali digulirkan siapa yang akan diuntungkan? Federasi? Pemain? Klub? Jajaran klub? Suporter? Atau INDOSIAR selaku pemegang hak siar liga satu?

Senin, 25 Maret 2019

Persebaya 2019 Berubah


Persebaya 2019 Berubah

            Persebaya, ketika kita mendengar nama tersebut muncul memori tentang salah satu kesebelasan sepak bola dengan sejuta prestasi. Militansi yang membara, determinasi dan semangat yang berkobar menjadi ciri khas permainanya. Didirikan di Surabaya pada tahun 1927 menjadi salah satu klub yang cukup disegani dieranya. Seperti pepatah ada gula ada semut hal ini tergambar jelas seperti Persebaya dengan suporter setianya Bonek Mania. Dibelahan manapun Persebaya berlaga disitulah Bonek berada. Persebaya sudah menjadi nafas bagi sebagian besar Bonek bahkan menyebrangi lautan rela mereka lakukan demi Persebaya. Dari era perserikatan Persebaya sudah menjadi langganan juara di Indonesia. Pemain hebat pun tercetak di Persebaya salah satunya Bejo Sugiantoro, Yusuf. E, Mat Halil, Anang Ma’ruf yang menjadi tumpuan timnas Indonesia. Hampir semua kejuaraan di Indonesia pernah dicicipi juara oleh Persebaya.
Namun di era 2000an Persebaya yang dulu disegani mulai menurun performancenya. Hal ini terjadi karena Persebaya banyak dimanfaatkan oleh oknum yang mengutamakan egoisme pribadi. Persebaya menjadi tunggakan politik, peninggian diri bahkan menjadi tempat meraup keuntungan pribadi. Selama hampir 4 tahun Persebaya menjadi ‘ladang emas’ bagi sebagian oknum. Prestasi yang semakin karut marut. Manajemen tim yang berasaskan ‘asal ada’ dan bahkan pemain yang sudah berkucur keringat dilapangan tidak digaji. Gong besar dibunyikan dengan nada ‘persebaya tidak diakui PSSI’ hal ini mebuat sebagian besar pendukung Persebaya bersedih. Mereka bingung kenapa ini terjadi dengan prestasi dan sejarah istimewa yang dimiliki Persebaya. Lambat laun Bonek mulai sadar bahwa ‘kekasih hatinya’ sedang direnggut dan dikuasai segelintir perampok berdasi. Aksi demi aksi dilakukan Bonek untuk mengembalikan harkat dan martabat Persebaya. Kacung-kacung yang mengotori Persebaya satu persatu ditendang oleh Bonek. Materi, tenaga bahkan keringat direlakan untuk Persebaya karena Bonek memiliki prinsip yang kuat akan keadilan dan kebenaran. Aksi perjuangan ini berbuah bahagia di Bandung tanggal 8 Januari 2017 Persebaya kembali diakui oleh federasi.
            Persebaya kembali bangkit dan mengelurkan taringnya kembali. Anak dari Dahlan Iskan yakni Azrul Ananda dengan tegas dan bertanggung jawab menjadi presiden klub Persebaya. Gaji-Gaji yang ditunggak secar perlahan dilunasi. Manajemen klub diperbaiki menjadi manajemen yang sehat. Pembinaan dilakukan dengan maksud menciptakan generasi emas Persebaya. Perubahan yang dilakukan Azrul Ananda berbuah emas, Persebaya berhasil menjuuarai Liga 2 pada tahun 2017. Pada tahun berikutnya Persebaya semakin berjaya, walaupun belum menjuarai Liga 1 tetapi prestasi Persebaya di tahun 2018 cukup memuaskan. Persebaya menunjukkan kembali bahwa tim asal Suarabaya ini masih ada dan selalu berjaya.
            Awal tahun 2019 permasalahan mengenai bursa transfer menjadi hal yang membuat perselisihan antara manajemen dengan suporter. Namun Persebaya berhasil menunjukkan apa yang dipikirkan Bonek mengenai bursa transfer itu salah. Persebaya mulai merekrut pemain berkulitas yang diharapkan mampu meningkatkan prestasi Persebaya. Lambat laun Bonek mulai meredakan emosi dan menerima secara ikhlas pemain rekrutan manajemen. Tahun 2019 menjadi tahun harapan bagi Persebaya. Manajemen yang mulai tertata dengan baik. Kedewasaan suporter yang semakin membaik. Step by step menuju Persebaya berjaya sudah terbentuk. Kolaborasi antar manajemen, pemerintah dan suporter menjadi kunci keberhasilan Persebaya di tahun 2019. Manajemen harus mampu membentuk dan mendewasakan tim. Pemerintah Surabaya harus mampu menjadi penyedia infrastruktur yang bertaji. Suporter harus mulai membelajarkan kedewasaaan di setiap lini. Apabila tiga pilar ini didirikan dengan kokoh dan kuat niscaya banguanan yang indah dan tahan akan goncangan akan terbangun.
‘Salam satu nyali’ menjadi slogan yang selalu disuarakan. Dengan slogan ini diharapkan tidak hanya menjadi slogan melainkan mampu diserap guna menjayakan Persebaya ditahun 2019. Kata satu dalam slogan tersebut berartu menggabungkan setiap pemikiran, ide, dan aspirasi menjadi satu keputusan. Nyali dapat diartikan sebagai keberanian yang tak tergoyahkan. Secara harfiah ‘satu nyali’ mampu menjadi satu keputusan yang berani. Berani dalam berubah, berani dalam  menunjukan fair play diluar dan didalam lapangan. Persebaya 2019 harus berani berubah dari tahun sebelumnya. Perbaikan manajemen, komunikasi yang terjalin harus lebih baik dengan suporter bahkan kerja sama dengan pemerintah Surabaya harus diintensifkan. Tak ada kata lelah untuk Persebaya dan tak ada kata berhenti untuk Persebaya. Merubah memang bukan hal yang mudah akan tetapi perubahan akan berbuah kebahagian. Bonek akan selalu mendukung langkah berubah yang dilakukan Persebaya di tahun 2019.


Ditulis oleh: Romadhon Wahyudi
Salah satu karya terbaik dalam lomba karya tulis dengan tema "Persebaya 2019" pada Bonek Fair #2.

Onward Persebaya*


Onward Persebaya*


 “Setelah bertahun-tahun lamanya sejak berkecimpung dalam dunia yang telah memberikan banyak pengalaman kepada saya, di mana saya banyak belajar tentang moralitas dan kewajiban, sungguh semua itu berkat sepak bola,” terang Albert Camus, seorang pemikir Prancis, dalam salah satu artikelnya. Memang demikianlah sepak bola. Setiap giringannya mengajarkan kelincahan menghadapi masalah. Kerap kali tendangan yang dilesakkan memberi tahu tentang peluang hidup yang senantiasa ada dan terbuka bagi mereka yang mau berusaha. Bahkan antisipasi kiper di depan gawang pun kerap kali menggambarkan kemampuan manusia saat berhadapan dengan ancaman.  Dan pada akhirnya, hanya klub dengan seabrek penempaanlah yang berhak mendapat peluang dipuja sejarah. “Football, bloody hell!” begitu kata Sir Alex Ferguson.

Dalam hal ini, sebagai pendukung Persebaya, kita semua bisa berdecak bangga, sebab Persebaya masuk dalam klasifikasi klub legendaris Indonesia. Meski demikian, di setiap lintasan waktu, tangan besi sepak bola mampu merubah klub yang semula terkenal menjadi terpuruk, seperti pasang surut yang dialami AC. Parma. Oleh karenanya, tulisan ini lahir sebagai ikhtiyar untuk memperkuat kaki-kaki Persebaya agar mampu menghadapi dinamika persepakbolaan. “Onward! No Retreat (Maju terus! Pantang Mundur).” Demikian semboyan milik Olimpiade Ganefo 1963 yang diprakarsai oleh Presiden Soekarno.

Ikhtiyar

“Sifat fanatisme sepak bola memiliki keunikan karena orang yang berada di dalamnya rela membela tim kesayangan dengan pengorbanan yang tidak kecil. Baik tenaga maupun dana.” (R.N. Bayu Aji, 2018)
Adakah yang pernah membaca ulasan di Jawa Pos yang menyebut, bahwa kemenangan Persebaya atas Persib di Stadion Kapten I Wayan Dipta terjadi berkat suara dukungan Bonek dari luar stadion? Atau cerita dari Inggris tentang sosok Beckham yang mampu bangkit hingga menjadi pahlawan kemenangan Man. United pada Final Champions 98/99 di tengah bayang-bayang hinaan publik Negeri Ratu Elizabeth? Dan tentu saja kisah legendaris saat Sir Matt Busby bersama jajaran manajemen membangun kembali Man. United paska Munich Air Disaster 1958? Jika pernah, maka kita semua berada pada satu pemahaman, bahwa semua komponen memiliki kontribusi nyata bagi tim tercinta. Setelah aspek kesadaran ini terpenuhi, maka selanjutnya tinggal fokus pada pembenahan yang musti segera kita eksekusi bersama.

Pembenahan ini diartikan sebagai langkah strategis yang harus ditempuh oleh semua komponen klub demi mewujudkan ‘progresivitas’ Persebaya. Belajar dari seorang pemikir hukum ternama, Prof. Satjipto Rahardjo (2007), progresif merupakan langkah untuk mengkritisi realitas yang positivistik; realitas yang berjalan “begitu-begitu” saja, tanpa perubahan ke arah perbaikan. Jika paradigma ini kita adopsi ke dalam klub, maka bisa dibaca sebagai langkah yang akan dilakukan untuk menyiapkan, mengawasi dan mengevaluasi internal Persebaya, baik suporter, pemain, pelatih, maupun manajemen. Oleh karena itu, menurut paradigma ini, perbaikan tidaklah hanya memperbaiki fasilitas stadion, kualitas rumput dan kostum kesebelasan, melainkan juga pemberesan gangguan (disrupsi) yang berlaga di luar lapangan, baik vertikal maupun horizontal, seperti perbaikan pengorganisasian suporter, perbaikan komunikasi kultural antar komponen, dan lain-lain.

Setelah atmosfer di dalam kondusif, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan hasil keringat itu kepada dunia luar: gelanggang pertandingan. Keindahan gocekan, akurasi umpan, power tendangan dan solidaritas para pemain saling berpadu untuk membuat publik berkata, “Persebaya telah bangkit kembali,” persis seperti pujian yang dikatakan Corriere delo Sport kepada Maradona pada Piala Dunia 1990. Bahkan tidaklah mustahil apabila pemantapan permainan ini sudah berhasil, yang disempurnakan dengan apresiasi dari publik luas, Persebaya bisa dengan mudah mendapat predikat sebagai kiblat sepak bola Indonesia. Itulah yang penulis dan Anda semua cita-citakan, bukan?


Ditulis oleh: Ferhadz A.M (Bonek Writer Forum)
Salah satu karya terbaik dalam lomba karya tulis dengan tema "Persebaya 2019" pada Bonek Fair #2.

Jumat, 15 Maret 2019

Agenda Tahunan Dari Bonek Campus Yang Mengulas Tentang Persebaya


 oleh: Redaksi Bonek Campus

Mahakarya Bonek Campus, sebuah agenda tahunan dari rekan-rekan Bonek Campus yang selalu menekankan konsep pameran literasi tentang Persebaya dan Bonek. Tak terasa pada tahun 2019 ini sudah memasuki edisi yang ketiga. Acara ini bertujuan untuk selalu mengingat perjalanan Persebaya dari tahun ke tahun. Tahun ini sudah memasuki edisi yang ketiga.
Pamflet Mahakarya Bonek Campus edisi ketiga

Pada edisi pertama yang diselanggarakan pada 22 Mei 2016, Mahakarya Bonek Campus mengangkat tema “History of Persebaya”. Tema ini diambil untuk tetap menjaga semangat sepak bola di Surabaya karena pada saat itu Persebaya sedang mati suri. Edisi ini berisi literasi sejarah Persebaya dari dekade 70-an, 80-an, 90-an, sampai dengan tahun 2010 di mana awal mula dualisme Persebaya bermula. Acara yang dilaksanakan di Coffee Toffee Jatim Expo diawali dengan bedah buku “Sepak Bola 2.0” dengan pembicara Hasbi (Fandom.id), Fajar junaedi dan Chusnudin a.k.a Cak Kaji. Ada juga talkshow dengan pembicara para legenda Persebaya, di antaranya: Yongki Kastanya, Freddy Muli, Subodro dan Madrai. Ada juga dari perwakilan dari teman-teman Pemerhati Sejarah Persebaya yang diwakili oleh Cak Gerson. Banyak kisah-kisah yang dituturkan oleh narasumber bagaimana kedikdayaan Persebaya di masa lampau, walau pada tahun itu Persebaya tidak diakui oleh federasi negeri ini. Apalagi beberapa hari sebelum edisi pertama ini bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional. Jadi, besar juga harapan saat itu agar Persebaya lekas bangkit.


Pamflet Bonek Campus edisi pertama

Edisi kedua dilaksanakan pada 7 Januari 2018 yang juga bertempat di Coffee Toffee Jatim Expo. Edisi ini untuk memperingati satu tahun Persebaya kembali diakui setelah sekian lama haknya dikebiri oleh federasi. Juga untuk mengenang sahabat kita semua yang telah banyak membantu perjalanan kami, yaitu alm. Cak Oka Gundul. Tema yang diangkat pada edisi kedua ini, yaitu “Tribute for Legend”. Tema ini bermaksud untuk mengajak kawan-kawan Bonek untuk menghargai sejarah besar Persebaya agar kesebelasan yang kita cintai ini tidak dipermainkan oleh federasi seperti beberapa tahun silam. Pengisi acara edisi ini ada dari para legenda Persebaya, di antaranya: Yomgki Kastanya dan Muharram. Dari perwakilan suporter diwakili oleh Pak Zul dan Pak Eko yang ikut tret-tet-tet tahun 1988. Ada juga bedah buku “Sepak Bola Gajah” dengan penulisnya langsung, Slamet Oerip a.k.a Suhu. Edisi ke dua ini berfokus pada perjalanan Persebaya pada dekade 80-an. karena dekade 80-an banyak momen-momen penting seperti awal mula tret-tet-tet, sepak bola gajah, kampiun 88, munculnya logo ndas mangap dan julukan Bonek bagi suporter Persebaya. Pesan juga disampaikan pada manajemen Persebaya saat ini agar tetap menjaga nama besar Persebaya dan karakter determinasinya atau yang biasa kita sebut “ngeyel”.


Pamflet Mahakarya Bonek Campus kedua

Lalu yang di edisi ketiga ini, pada tanggal 16 Maret 2019 bertempat di jalan Jemursari nomor 70 Surabaya, yaitu Bober Cafe dengan tema “Persebaya Kita”. Mengambil tema tersebut dengan maksut ingin mengulas perjalanan Persebaya di kompetisi Liga 1. Tidak jauh dari edisi yang pertama dan kedua, masih terdapat talkshow lalu dokumentasi foto, kliping, artikel berita, serta koleksi jersey dan tiket selama kompetisi Liga 1 tahun 2018. Turut menghadirkan juga para pelaku yang terkait yaitu manajemen tim, pemain dan juga dari sisi wartawan, hingga perwakilan tiap tribun. Selain itu bakal ada ulasan tentang jersey bersama Surabaya Jersey Community. Ada juga turut memeriahkan acara yang akan hadir yaitu Stand For Pride. Acara ini GRATIS buat siapapun bagi teman-teman yang ingin hadir di acara tersebut.
Bonek Campus tak pernah berhenti sampai sini, kami akan tetap loyal, mencintai Persebaya dengan kemampuan kami. Sejarah adalah awal perjalanan dari sebuah langkah panjang yang akan terus berjalan, kami tak ingin sekedar mencintai Persebaya dari sudut tribun manapun. Tetapi kami mencintai Persebaya dengan cara kami, di luar stadionpun persebaya bukan sekedar sepak bola tetapi harga diri dan kebanggaan yang akan kami bawa kemanapun kaki ini melangkah. Ijinkan kami menjaga, melestarikan sejarah dengan kemampuan kami dalam berkarya tanpa batas, dari kami untuk Persebaya, dari kami untuk sesama rekan bonek, Dan umum. Serta dan dari kami untuk setiap perjuangan, pilihan, dan suara yang akan tetap Lantang dan tak pernah hilang. Betul apa kata Wiji Tukul, “kebenaran takkan mati, aku akan tetap ada dan berlupat ganda.” Kami hanyalah beberapa dari keseluruhan rekan bonek yang tetap dan akan selalu berusaha menjadi suporter yang lebih baik, tanpa paksaan, tanpa settingan dan tanpa pamrih. Ini untukmu, kebanggaan kami.
Seperti kata pepatah Yunani juga: “historia magistra vitae, sejarah adalah guru kehidupan." Mari bersama-sama menjaga ingatan tentang perjalanan panjang Persebaya. Kita adalah orang-orang yang akan merawat dan menjadi bagian dari sejarah klub dan kota ini. Semoga dengan agenda tahunan dari Mahakarya Bonek Campus ini akan menjadi pengingat Persebaya di jaman dulu hingga detik ini. SALAM SATU NYALI WANI !!!

Rabu, 02 Mei 2018

Bonek dan Makna Hardiknas

Oleh : Farbon (BONEK UNESA)

Selamat Hari pendidikan untuk semua insan yang selalu belajar disetiap kehidupanya.

Hari pendidikan sendiri dapat diartikan sebagai hari jati diri bangsa dimana  pendidikan merupakan modal awal dari perkembangan bangsa indonesia.

Tak terkecuali apa yang dialami oleh supporter persebaya, BONEK MANIA. Mereka mengalami beberapa momen yang kelam pada beberapa waktu silam.

Bonek seringkali dicap sebagai supporter rusuh dan anarkis oleh masyarakat, bahkan lebih parahnya lagi media selalu saja menjadikan bonek sebagai ajang mencari keuntungan dalam beritanya.

Membuat  masalah yang menimpa bonek semakin besar dan seakaan akan bonek memang rusuh dengan dijadikanya headlinews di media massanya. Ini merupakan masalah yang tidak mudah menjadi bonek, karena selalu dikambing hitamkan semua pihak padahal belum tentu muara dari masalah itu sendiri dari bonek.

Dekade silih berganti bonek semakin dewasa dalam menyikapi situasi yang sulit seperti ini.

Mereka lebih memilih menjadikanya tantangan demi memperbaiki diri sendiri. Menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik untuk mengarungi masa depan yang lebih baik lagi.

Di sisi lain bonek juga melawan berita yang menyerang, dengan berbagai aksi sosial maupun aksi kreativitas di tribun dalam mengawal kebanggaan persebaya surabaya.

Berbagai aksi pernah dilakukan seperti bakti sosial ke panti asuhan, mengadakan acara penggalangan untuk korban bencana maupun untuk aksi solidaritas sesama bonek yang terkena musibah ini dilakukan atas nama manusia karena seburuk buruknya bonek.

Mereka tetaplah manusia yang ingin lebih baik dan terus ingin memperbaiki diri. Tak luput juga berbagai aksi kreativitas yang ditampilkan saat mendukung persebaya mulai dari aksi koreografi kertas hingga koreo 3 dimensi yang menarik.

Dan lebih hebatnya lagi bonek mulai berbenah dalam segi chants yang di gelorakan mereka tak lagi menggunakan chants yang berbau rasisme terhadap pihak lain meskipun itu memang sulit dilakukan bagi supporter yang dikenal militan ini.

Lantas itu tak membuat bonek patah semangat, terbukti dari pertandingan akhir akhir ini tak terdengar lagi chants yang bersuara sumbang berbau rasis di stadion.

Mereka lebih menyuarakan chants yang bisa membakar semangat pemain dilapangan, karena sejatinya supporter adalah pemain ke 12 yang sudah sepatutnya mendukung tim kebanggan dengan kreativitas yang unik.

Sudah saatnya bonek kembali pada jiwa dan ruhnya, dengan tidak lagi mebuat onar karena nekad bukanlah sesuatu yang buruk banyak sekali orang dengan bermodalkan nekad telah sukses dalam hidupnya. Tanpa harus membuat rusuh, sebenarnya masyarakat sudah segan, karena bonek juga mengajarkan tentang tujuan yang harus dicapai meskipun itu sulit dan terjal.

Kefanatikan bonek memanglah luar biasa jika dibarengi dengan sikap yang dewasa dan mau belajar dari masa lalu, tak ayal bonek akan menjadi supporter fanatik yang berkode etik. Mengedepankan jiwa yang berbudi pekerti dan mengesampingkan sifat anarkisme.

Seperti halnya manusia biasa, bonek telah jatuh cinta. Kecintaan tersebut bukan pada seseorang melainkan pada sebuah tim kebanggaan persebaya surabaya.

Romantika bersama persebaya juga telah menimbulkan banyak tangis, tawa, kehilangan dan kesetiaan. Bonek sudah menjadi panggung kehidupan dan juga sudah menjadi sebuah proses pendidikan dalam diri.

Dengan ketidak sempurnaan dan kesederhaaan inilah way of life yang bisa membuat jutaan orang mengidentifikasikan dirinya sebagai bonek.

Rabu, 17 Januari 2018

Tentang "History, Victory 80's, Tribute to Legend"

Berkarya diluar tribun untuk PERSEBAYA ? Ya, itu adalah salah satu visi dan misi dari kami, Bonek Campus. Sebuah nama kelompok yang menurut kami sangat berat, karena mengusung nama campus. Dimana makna itu identik dengan mahasiswa/i yang dinilai kritis dan selalu berada pada garda depan dalam hal berkarya.

Mengulas kembali sebuah karya dari Bonek Campus untuk PERSEBAYA, kami wujudkan dalam sebuah karya Mahakarya Bonek Campus. Memang belum seberapa mendalam mengulas sejarah besar PERSEBAYA. Namun kami berusaha menitik beratkan pada beberapa point sejarah PERSEBAYA, khususnya kejuaraan dan pertandingan PERSEBAYA melawan tim – tim Eropa.

Namun pembahasan soal sejarah juga akan kurang lengkap jika tidak menghadirkan pelaku sejarah, oleh karena itu kita hadirkan beberapa mantan pemain, pelatih, dan official PERSEBAYA.
Mahakarya Bonek Campus II, sebuah acara dari Bonek Campus untuk mewujudkan salah satu visi dan misi dari Bonek Campus sendiri, berkontribusi nyata untuk PERSEBAYA. Tidak berbeda jauh dengan konsep Mahakarya Bonek Campus I (22/05/2016).

Dalam  Mahakarya Bonek Campus II ini Bonek Campus mengusung tema “History, Victory 80’s, tribute to legend”. Tema ini sengaja kami pilih untuk mengenang kembali masa kejuaraan PERSEBAYA di tahun 1987 – 1988. Selain itu juga untuk menambah euforia atas juaranya PERSEBAYA di Liga 2 Indonesia 2017. Dengan harapan untuk memompa semangat tim kebanggaan kami, PERSEBAYA menyongsong Liga 1 Indonesia 2018. Dan juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta dari BONEK dan BONITA untuk senantiasa mendukung PERSEBAYA.

Tahun 1980an tentunya tidak hanya berbicara soal kejuaraan PERSEBAYA, namun banyak cerita diluar lapangan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah PERSEBAYA  dan pendukungnya, BONEK. “Sepakbola gajah” salah satunya, sebuah pertandingan sepakbola yang sangat kontroversi pada saat itu. Karena memiliki dua sisi baik dan buruk dalam perjalanan sejarah PERSEBAYA. Namun, suramnya sebuah perjalanan sejarah PERSEBAYA tetap tidak bisa kita hindarkan. Hal itu justru menginspirasi kami untuk mengulas lebih dalam soal “sepakbola gajah” yang pernah dialami PERSEBAYA. Beruntung sebuah sejarah yang bisa dibilang suram itu telah diabadikan dalam sebuah karya tulis buku Sepakbola Gajah Paling Spektakuler, sebuah buku karya Slamet Oerip prihadi dan Abdul Muis.

Kami menjadikan Mahakrya Bonek Campus II ini sebagai tempat mengulas lebih dalam lagi pada segmen bedah buku “sepakbola gajah paling spektakuler”. Beruntung bapak slamet oerip atau lebih sering dipanggil “suhu”  yang juga wartawan senior Jawa Pos bersedia kami undang untuk menjadi narasumber dalam segmen bedah buku tersebut. Sebuah kebanggan bagi kami tentunya bisa menghadirkan salah satu penulis yang bisa dibilang nekat mengulas lebih dalam soal sejarah kontroversi PERSEBAYA tersebut.

Kompetisi Perserikatan 1987 – 1988, sebuah kompetisi yang tentunya akan selalu dikenang oleh pendukung PERSEBAYA. Dimana pada kompetisi tersebut PERSEBAYA berhasil menjadi juara, setalah mengalahkan Persija 3-2 di stadion utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Selain moment kejuaraan PERSEBAYA, juga ada sebuah moment yang sangat akan dikenang oleh kelompok pendukung PERSEBAYA.

Dimana pada saat itu mulai muncul istilah yang sangat melekat untuk supporter yang selalu setia mendukung PERSEBAYA, yaitu BONEK (Bondo dan NEKat). Yang mungkin untuk saat ini masih banyak masyarakat yang salah mengartikan makna sesungguhnya. Sebuah sebutan yang muncul saat ribuan supporter fanatik PERSEBAYA tersebut berbondong – bondong menuju Jakarta untuk memberikan dukungan langsung kepada tim kebanggaannya, PERSEBAYA.

Sebuah moment yang akan selalu dikenang oleh pendukung PERSEBAYA sampai saat ini, mereka mengabadikan dengan sebutan “tret... tet... tet...”. Sampai saat ini BONEK menyebut “tret... tet... tet...” sebagai sebuah momen mendukung PERSEBAYA ketika bertandang melakoni pertandingan.

Sebuah tradisi yang sangat maksimal untuk mendukung PERSEBAYA, salut! Tentunya momen tersebut ingin kami ulas lebih dalam dalam Mahakarya Bonek Campus II ini, dengan menghadirkan langsung pelaku sejarah. Seperti para mantan pemain PERSEBAYA tahun 1987 – 1988 dan supporter yang ikut mendukung langsung PERSEBAYA ditahun 1987 – 1988 (tret... tet... tet...).

Beruntung para pelaku sejarah tersebut bersedia menjadi narasumber kami, seperti Pak Muharram, Pak Yongky Kastanya (Pemain Persebaya 1987 – 1988), Pak Eko, Pak Zul (Peserta tret... tet... tet... 1987 – 1988). Kami sangat memanfaatkan baik kesediaan para narasumber kami dengan mengulas lebih dalam momen – momen kejuaraan dan momen mendukung PERSEBAYA tersebut.

Kami juga meberikan kesempatan untuk pengunjung acara Mahakarya Bonek Campus II bertanya kepada narasumber kami, baik saat bedah buku, dan juga talk show dengan para mantan pemain dan pelaku sejarah tret... tet... tet...

Foto bersejarah, artikel koran, dan piala kejuaraan  PERSEBAYA ditahun 1980an tidak luput kami jadikan bahan dalam Mahakarya Bonek Campus II. Untuk menjaga kesan klasik dalam acara tersebut kami menempelkan langsung artikel koran tentang PERSEBAYA ditahun 1980an, dan mencetak ulang foto – foto bersejarah PERSEBAYA ditahun 1980an.

Beruntung PERSEBAYA memilikki supporter yang tergabung dalam kelompok Pemerhati Sejarah Persebaya. Sebuah komunitas yang berkonsentrasi pada sejarah PERSEBAYA, yang sudah mengabadikan beberapa puing peninggalan sejarah PERSEBAYA baik dalam bentuk artikel atau barang.

Oleh karena itu kami mengajak Pemerhati Sejarah Persebaya untuk berkontribusi dalam acara Mahakarya Bonek Campus II dengan mengisi talk show dan juga turut menampilkan koleksi barang bersejarah PERSEBAYA.

Sebuah kerjasama yang sangat membanggakan bagi kami, dimana kami bisa turut mengajak sebuah komunitas Pemerhati Sejarah PERSEBAYA ikut andil dalam Mahakarya Bonek Campus II. Selain itu tidak lupa kami mengajak pengelola Mess Karanggayam untuk berkerjasama dalam Mahakarya Bonek Campus II dengan memberikan izin kepada Bonek Campus untuk membawa langsung piala – piala kejuaraan PERSEBAYA ditahun 1980an untuk kami tampilkan dalam Mahakarya Bonek Campus II dengan tujuan untuk menambah kesan juara PERSEBAYA ditahun 1980an.

Sebuah edukasi tentang sejarah PERSEBAYA akan selalu kami tonjolkan dalam karya kami, Bonek Campus. Dengan tujuan menambah pengetahuan tentang nama besar PERSEBAYA dan menumbuhkan rasa cinta dan bangga kepada tim kebanggaan kami, PERSEBAYA. Khususnya untuk kami, Bonek Campus, kami berharap akan ada sebuah karya lainnya untuk mengedukasi dan mengenang nama besar PERSEBAYA yang bisa kami laksanakan dan kami sajikan untuk wujud kontribusi nyata kami, Bonek Campus, kepada tim kebanggan kami, PERSEBAYA. Tentunya kami juga terbuka kepada komunitas – komunitas lain untuk berkerjasama dalam mendukung PERSEBAYA diluar pagar tribun dan diluar pertandingan PERSEBAYA. Akhir kata, SALAM SATOE NYALI !!! WANI !!