Minggu, 21 Februari 2016

BONEK DAN PEMBERITAAN ALA TV ONE

Oleh : Nindi Widiara
(Bonita Campus UPNVJT)

Bonek tidak mempunyai nilai jual yang tinggi untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Surabaya, Bonek pun bukan penarik minat konsumen masyarakat umum dalam berbelanja yang mengatasnamakan identitasnya, tetapi itu tidak berlaku di hadapan media, ya media massa selalu tertarik jika mengangkat tema dan topik pembahasan mengenai sepak terjang dan tingkah pola suporter Bonek dalam perjalanannya.
Kejadian di Sragen, Jawa Tengah yang menewaskan suporter Malang atau Aremania beberapa waktu lalu dengan mencantumkan oknum-oknum yang tidak bertangung jawab asal Surabaya sontak memantik kepihatinan kami yang merasa di rugikan atas pemberitaan tersebut, terlebih munculnya headline news salah satu media cetak asal malang yang menyudutkan kami. Media yang harusnya bersifat netral malah menjadi alat penebar kebencian.
Dengan inisiatif dan kemauan sesama Bonek tercetuslah acara bagi-bagi bunga bagi pengendara umum ber plat N di kota Surabaya, tujuannya ingin menunjukkan bahwa Surabaya tetap aman bagi siapapun yang tinggal disini termasuk warga Malang pun, dan tidak terpengaruh berita bahwa di Malang dan sekitarnya mengadakan sweepingan kepada pengendara ber plat L.
Sayang usaha kami untuk tetap mengkondusifkan situasi dan kenyamanan terusik oleh ulah media nasional, yaitu Tv One. Pemberitaan yang sedang hangat-hangatnya ini di tayangkan secara langsung tanggal 19 februari 2016. Dengan narasumber Yuli Sumpil selaku dirijen Aremania, wawancara dengan Andi Peci selaku Presidium Bonek dan 2 tersangka penyerangan Aremania.
Tema yang di angkat adalah mengenai rivalitas kedua suporter yang mewakili kefanatikan akan tim kebanggaan masing-masing, sayangnya acara "Telusur" tersebut tidak berimbang, dan kami (Bonek) merasa dirugikan atas cara pengolahan data wawancara yang sengaja di potong dan tidak sepenuhnya diketahui oleh penonton dirumah. Andi peci selaku perwakilan Bonek yang diwawancarai menegaskan bahwa apa yang ia katakan tidak semuanya ditayangkan tetapi ada beberapa yang sengaja dipotong dan dihilangkan. Bahkan terdengar nyanyian rasis yang entah mengapa ditayangankan oleh Tv One, dari beberapa chant/nyanyian yang dipunyai Aremania, Tv one memilih untuk menutup acara "Telusur" dengan nyanyian rasis untuk Bonek.
Pertanyaannya,untuk apa gelar suporter ter-fair play bahkan menjadi suporter percontohan di Indonesia jika didalam stadion tetap menyanyikan lagu rasis? Atau mungkin kalian hanya terlihat fair play jika sedang live dihadapan kamera saat ada pertandingan?
Jika bicara tentang kebanggaan, maka Bonek juga bukan satu-satunya suporter yang diam saja saat melihat tim kebanggaan atau identitasnya dirusak oleh pihak-pihak yang dengan sengaja ingin menjatuhkan nama baiknya hanya untuk kepentingan rating televisi saja. Tidak lama setelah tayangan tersebut, sosial media sudah ramai dengan tweet bonek yang merasa dirugikan atas tayangan tersebut, puncaknya Bonek sepakat akan ngluruk langsung ke kantor Tv One biro Surabaya di daerah Jemursari, tidak itu saja Bonek juga akan mengadukan Tv One ke KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).
Ini bukan yang pertama kali Tv One merugikan Bonek, mulai dari Karni Ilyas hingga acara "Telusur" kemarin. Apakah pemberitaan Bonek jauh lebih istimewa dibanding isu-isu politik? Perpecahan 2 kubu dalam satu partai? Bahkan pemberitaan tentang jessica kumala wongso sejenak menghilang dari peredaran.
Dalam durasi penayangannya, kesempatan Bonek untuk bisa berbicara dan melakukan klarifikasi seperti menunggu antrian mengurus BPJS yang lama. Tapi itu tidak berlaku untuk aremania, anggap saja acara tersebut bertajuk “1 jam bersama Aremania” atau “kedekatan media massa dengan Aremania” mengingat 20 menit dari total 30an menit tayangan menjelaskan tentang Aremania. Yang jadi pertanyaan, jika acara itu menayangkan khusus tentang siapa dan bagaimana itu Aremania untuk apa sosok Andi peci ada dalam salah satu cuplikan wawancara jika diakhir cerita yang diucapkan tidak sepenuhnya di tayangkan?
Seharusnya Tv One belajar dari pengalaman, sekelompok suporter yang bisa “menampar” seorang lawyer atas ucapannya yang ngawur tentang Bonek dan membalikkan keadaan untuk lawyer tersebut melakukan permintaan maaf secara terbuka, dan sekarang terulang dengan host dan acara yang berbeda tetapi masih dalam satu stasiun televisi yang sama.
Tapi ibarat seseorang yang berjalan lalu terjatuh dan ada luka di kakinya, sudah diobati, rasa sakit tapi goresan luka itu tetap ada, walaupun Tv One sudah melakukan pendekatan dengan menyuruh 2 perwakilan wartawannya untuk mendatangi  Mess Persebaya di jalan Karanggayam untuk mengkondisikan meredam rencana kawan-kawan Bonek mendatangi kantor Tv One tetap tidak mengendurkan rencana awal tersebut. Kami (Bonek) akan tetap bergerak untuk meminta penjelasan atas penayangan acara tersebut, dengan beberapa tuntutan yang harus dilakukan oleh Tv One.
Jika Tv One mau merefleksi diri, mungkin hal seperti ini bisa dicegah. Pergerakan Bonek untuk ngluruk ke kantor Tv one masih menunggu hari efektif kerja, tetapi sepertinya pihak Tv one juga berpikir ulang jika berhadapan dengan kelompok suporter Bonek, karena selentingan kabar di youtube beberapa kawan Bonek yang belum sempat menonton ulang tayangan tersebut kesulitan mencari karena sudah di hapus, itu pertanda bahwa Tv one mulai gentar dengan apa yang kami  rencanakan dari awal, dan ini bukan sekedar gertakan untuk menakut-nakuti tetapi merealisasikannya secara nyata yang tujuannya adalah agar Tv one tidak mengulangi hal seperti ini dan bisa menjalankan tugasnya untuk menjadi media yang berperan memegang kedamaian dalam pemberitaannya yang di konsumsi oleh seluruh masyarakat indonesia tanpa memihak dan merugikan pihak manapun, ya walaupun kita sadari  bahwa beberapa stasiun televisi swasta dimiliki oleh pihak-pihak yang backgroundnya adalah seorang politikus yang mungkin mempunyai tujuan berbeda dari awal terbentuknya media infromasi untuk masyarakat tetapi berkamuflase mempengaruhi orang-orang dengan pemberitaannya.
Sikap Bonek seperti ini adalah satu bukti nyata bahwa perubahan jaman juga mempengaruhi pola pikir suporter di indonesia, termasuk Bonek sendiri. Bonek, perlahan-lahan mampu mengkritisi setiap pemberitaan , informasi, dan hal-hal baru yang berkaitan dengan Persebaya dan Bonek. Segala macam kegiatan positif diluar lapangan yang dilakukan  Bonek menjadi bukti kepada masyarakat jika Bonek bukan hanya suporter yang bisanya menonton ke stadion, bernyanyi, dan lainnya. Kami berusaha perlahan mengikis stigma negatif dari masyarakat dengan aksi nyata dengan tindakan & pergerakan dari Bonek yang mampu menginspirasi, menyadarkan pihak manapun bahwa fanatisme suporter tidak selamanya kaku yang menjurus kisruh tetapi beberapa contoh bentuk fanatisme juga berperan mengawasi pemberitaan yang melenceng dan tidak sesuai jalurnya, karena sejatinya media adalah salah satu 4 pilar demokrasi, yang juga berperan dalam pembentukan moral bangsa yang harus sama sama kita jaga. Oleh karnanya aksi kami (Bonek) hari senin nanti, sejatinya bukan hanya untuk Bonek sendiri, tapi juga untuk kemajuan bangsa, untuk menyadarkan peran media sesungguhnya yang harus memberikan berita berita yang objektif.

Sabtu, 20 Februari 2016

SEPAKBOLA GAJAH ALA PERSEBAYA

Oleh : Bonek Campus

Sebagian (besar) dari kita tentu mengenal istilah “Sepak bola Gajah”. Istilah tersebut  merujuk untuk permainan sepakbola yang mana kedua tim tidak bermain sportif, atau dapat juga diartikan kedua tim telah merencanakan kekalahannya (bermain tidak untuk menang). Ini biasa dilakukan untuk menghindari lawan yang dianggap tangguh pada fase berikutnya. Cara yang dilakukan beragam, dapat dengan bermain ala kadarnya, sehingga tim lawan dapat dengan mudah mencetak gol atau yang lebih ekstrim, mencetak gol kegawang sendiri.
Istilah sepakbola gajah konon pertama kali muncul saat Persebaya vs Persipura di era Perserikatan 1987/1988. Saat itu, Persebaya “mengalah” dari Persipura 0 – 12 di kandang sendiri Gelora 10 November. Salah satu penyebab disebut sepakbola gajah karena pada pertandingan tersebut dipimpin oleh wasit asal Lampung, dimana Lampung terkenal dengan Taman Nasional Way Kambas, yang merupakan tempat perlindungan gajah. Ada juga yang menyebutkan, karena di Lampung sering menampilkan pertandingan gajah yang dikendalikan oleh sang pawang gajah, dimana gajah-gajah tak tahu kemana harus mencetak gol. Mereka sepenuhnya dikendalikan sang pawang.
Sepakbola Gajah dilakukan Persebaya untuk “menyingkirkan” PSIS Semarang. Mengingat Persebaya dan PSIS kala itu kerap berseteru, dan saling jegal. PSIS yang tengah berharap lolos ke babak "6 Besar" Divisi Utama di Senayan harus menelan pil pahit setelah Persebaya bermain "sepak bola gajah" dengan mengalah dari Persipura Jayapura.
Ada beberapa penyebab Persebaya memilih melakukan strategi sepakbbola gajah. Seperti yang dilansir dari beberapa sumber, selain persebaya juga menganggap PSIS adalah lawan yang tidak mudah dikalahkan. Penyebab lainnya yakni karena pada musim sebelumnya Divisi Utama Perserikatan 1985/1986, Persebaya merasa dikecewakan oleh PSIS karena mengalami kekalahan dari PSM Makassar yang menjadi pesaing utama Persebaya sehingga tidak bisa lolos ke babak 6 besar.
Pada era itu, dalam ketentuan PSSI bahkan FIFA sekalipun , memang belum diatur soal sanksi terhadap permainan ”Sepakbola Gajah”. Peluang itulah yang kemudian dimanfaatkan secara luas oleh kesebelasan yang ikut berkompetisi, sepakbola gajah sudah dianggap sebagai taktik/strategi bertanding untuk memenangkan pertandingan sampai menjuarai kompetisi meskipun tentunya mencederai asas fairplay, sportifitas itu sendiri.
Menurut kami, dari kacamata supporter sah sah saja jika saat itu Persebaya melakukan sepakbola gajah sebagai salah satu strategi bertanding, dikarenakan sistem sanksi saat itu juga belum diatur secara tegas, dan sistem kompetisi dimana belum sistem kompetisi penuh, masih adanya sistem gugur juga berimbas munculnya strategi sepakbola gajah.
Namun yang harus digaris bawahi, kini di era sepakbola modern yang menjunjung tinggi asas sportifitas untuk menuju sepakbola yang bersih, diharapkan ketika Persebaya berkompetisi kembali tidak mengulangi taktik sepakbola gajah dengan alasan apapun. Karena kami sebagai supporter beranggapan jika kemenangan atau juara yang didapat  dengan cara cara yang bersih akan membuat euphoria yang jauh lebih indah ketimbang juara dengan menciderai asas fairplay dan sportifitas itu sendiri.
Terakhir, pada setiap generasi, setiap era persepakbolaan Indonesia dari zaman ke zaman akan selalu ada bentuk bentuk kecurangan dalam sepakbola dengan istilah istilah yang berbeda, mengingat masih ada pihak pihak yang ingin mencari keuntungan dari persepakbolaan indonesia. Sebagai supporter hendaknya kita senantiasa mendorong tim kebanggan kita, Persebaya Surabaya untuk tidak ikut ke dalam arus tersebut. Persebaya Surabaya, harus menjadi pelopor untuk sepakbola Indonesia yang bersih. Wani!

Sabtu, 13 Februari 2016

CINTA DAN KEBANGGAAN, PERSEBAYA !

Oleh : Bayu Aluning Samudra
(Bonek Campus UNESA)

Cinta adalah tindakan keyakinan dan siapa pun yang kecil keyakinannya maka juga kecil cintanya" - Erich Fromm-
”CINTA”  Kata ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Semua orang mulai anak kecil sampai orang dewasa pun terkadang selalu berbicara mengenai cinta. Cinta tidak memandang usia, jenis kelamin, jabatan, bahkan strata kehidupan semua mempunyai cinta.
Cinta adalah soal rasa, tidak ada teori atau definisi khusus tentang cinta karena cinta berbeda dengan fisika ataupun matematika. Cinta bukanlah suatu objek yang dapat dilihat dengan kasat mata, cinta berbeda dengan logika, cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan yang pembenarannya baru bisa didapat melalui logika.
Seperti yang pernah dilansir oleh BBC, sebuah penelitian membuktikan ketika sedang jatuh cinta bagian otak manusia yang mengontrol pikiran pikiran kritis agak terganggu. Sekali lagi terbukti jika cinta adalah soal rasa yang penggunaannya dengan hati tidak perlu akal.
Objek cinta bisa beragam, karena hakikatnya cinta diciptakan untuk menyadarkan manusia akan posisinya sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri yang berarti manusia harus menciptakan interaksi sosial dengan objek apapun, contoh ketika orang itu menyukai sebuah jenis motor, maka dia akan berkumpul dengan pecinta motor yang lain. Dan ketika seseorang itu menyukai jenis genre music atau band dia akan berkumpul dengan orang-orang yang satu selera dengannya.
Sama halnya dengan olahraga, khususnya sepakbola yang dimana menjadi olahraga paling digemari didunia. Ketika orang menyukai dan mencintai sepakbola, secara tidak langsung dia akan berkecimpung dengan hal-hal seputar sepakbola, dia secara sadar ataupun tidak akan mencari, mengikuti informasi terkait dunia sepakbola.
Kini tim sepakbola tidak hanya hadir sebagai olahraga yang paling digemari, melainkan sebuah tim sepakbola sudah berada jauh diatas itu, sebuah tim sepakbola mampu mewakili kehormatan suatu daerah dan menjadi kebanggaan bagi individu yang mencintainya.
Surabaya adalah salah satu contohnya. Kota terbesar kedua setelah Jakarta ini ternyata menyimpan berjuta cinta didalamnya. Bahkan banyaknya gedung-gedung bertingkat dan padatnya kondisi jalan disurabaya pun tidak mengurangi sedikiti pun kadar cinta masyarakat di kota tersebut. Yang dimaksud disini adalah cinta masyarakat Surabaya terhadap kotanya dan sejarahnya yang salah satunya adalah PERSEBAYA.
Bonek dan Persebaya adalah salah satu contoh cinta yang sesungguhnya., dimana Persebaya sudah menjadi bagian dari Bonek, dan sebaliknya. Bonek akan dengan senang hati, dengan ikhlas memberikan apapun yang bisa diberikan kepada Persebaya tanpa mengharapkan balasan mengingat Bonek sudah menganggap Persebaya bagian dari dirinya. Disitulah kehadiran cinta, karena dalam cinta tidak mengenal istilah pamrih yang ada hanya ketulusan.
Bonek sendiri telah menunjukan seberapa besar cintanya untuk tim kebanggaannya Persebaya Surabaya. Disaat persebaya berlaga di kandang (home) Bonek selalu memenuhi isi stadion dan berteriak lantang memberikan dukungan kepada tim kebanggannya yang sedang berlaga. Di saat Persebaya main tandang (away) Bonek rela menghabiskan tabungan, rela menjual barang-barang kesayangannya, rela membolos sekolah, rela meninggalkan pekerjaan, rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk satu tujuan yaitu memberikan dukungan terhadap tim kebanggaannya Persebaya Surabaya.
Bahkan lebih jauh lagi, Bonek mengajarkan arti cinta yang sesungguhnya. Cinta yang menurut Kahlil Gibran datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya walaupun mereka telah dikhianati.
Bonek tidak hanya ada saat Persebaya dalam kejayaan, saat Persebaya juara, tetapi Bonek juga menunjukkan cintanya kepada Persebaya disaat tim tersebut terpuruk, disaat Persebaya dipaksa dihilangkan oleh federasi, Bonek selalu ada di garda terdepan dalam memperjuangkan hak-hak Persebaya.
Tidak hanya hak-hak tim Persebaya yang Bonek perjuangkan, disisi lain Bonek juga memperjuangkan hak-hak para pemain Persebaya yang gajinya belum terbayarkan. Bonek bersuara lantang ketika manajemen Persebaya diisi oleh orang-orang yang tidak professional. Ini menunjukan kecintaan Bonek yang begitu besar terhadap Persebaya bukan untuk lainnya termasuk manajemen Persebaya itu sendiri, “Love Persebaya Hate Management”
Bonek mengajarkan jika cinta tidak cuma ditunjukan saat Persebaya berjaya saja, ibarat mencintai harumnya mawar kita juga harus siap merasakan durinya.
Terakhir, kita harus yakin berbagai perjuangan Bonek ketika Persebaya terpuruk akan menjadi kisah cinta yang indah, sejarah yang patut dikenang kelak ketika Persebaya kembali berjaya.

Senin, 08 Februari 2016

SELAMAT HARI PERS !

Oleh : Ilham Febri
(Mahasiswa UNAIR)

Selamat Hari Pers Nasional dan Selamat Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Tanggal 9 Februari dikenal sebagai Hari Pers Nasional yang juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Pers ataupun media berperan penting dalam kemajuan sebuah bangsa, bahkan sejarah mencatat dunia pers, dunia jurnalistik berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Seperti dalam “Jejak Langkah (Pramoedya Ananta Toer)” yang mengisahkan surat kabar “Medan Prijaji” (Medan priyayi) sebagai surat kabar pribumi yang menjadi alat untuk membantu pribumi melawan kolonalisme saat itu.
Jika di era kolonial media menjadi salah satu alat dalam perebutan kemerdekaan bangsa, kini media berperan menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang kondisi yang terjadi baik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lainnya. Tidak mengherankan jika pers/media menjadi salah satu dari 4 pilar demokrasi.
Media mampu memberikan informasi apapun, bahkan saat sesuatu terjadi diluar jangkauan kita, media mampu menyajikannya dalam bentuk berita. Apalagi dengan perkembangan teknologi saat ini, masyarakat dapat dengan cepat mendapatkan informasi hanya dengan berbekal smartphone/gadget, yang dapat diakses setiap saat.
Saat ini, bisa dikatakan kepercayaan masyarakat terhadap media amat sangat tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan betapa kuatnya efek media yang mana bisa “menaikkan” atau bahkan “menjatuhkan”. Seseorang tidak dikenal akan cepat menjadi terkenal melalui pemberitaan media, media juga mampu menjatuhkan orang yang berada diatas (berkuasa). Semua yang tersorot media, akan dengan cepat menjadi pembicaraan hangat masyarakat.
Pers ataupun media tidak dapat dipisahkan dengan peran serta wartawan, wartawan berperan penting dalam pembuatan sebuah berita, wartawan dituntut seobjektif mungkin memberitakan sebuah kejadian yang terjadi. Namun terkadang masih ditemukan wartawan yang kurang objektif, entah karena mengejar ratting, tuntutan pekerjaan ataupun karna kemajuan teknologi yang mensyaratkan penyajian berita secara cepat tanpa mengidahkan kebenaran sebuah berita.Seperti yang pernah dikatakan oleh William J Stanton dari universitas Colorado AS, penulis buku Fundamental of Marketing “Memanage masa depan adalah memanage informasi”.
Dengan demikian, kita sebagai masyarakat tidak boleh menelan mentah mentah,langsung percaya, dan menganggap pemberitaan selalu benar.
Dalam dunia sepakbola, pemberitaan Bonek dan Persebaya masih sering menjadi headline dalam dunia pers. Walapun tidak jarang bonek juga menjadi korban pemberitaan media itu sendiri. Terkadang beberapa media menyajikan informasi yang tidak berimbang ketika memberitakan tentang bonek, ketika bonek melakukan kesalahan kecil maka akan diekspos secara besar sedangkan jika bonek melakukan kegiatan positif maka diberitakan seadanya. Inilah yang sedikit banyak berperan menjadikan identitas bonek di masyarakat menjadi negatif, bonek sering dianggap perusuh, dan terkesan menyeramkan.
Masyarakat harus mengetahui jika kini bonek sudah bertransformasi menjadi supporter yang selain loyal terhadap tim kebanggaannya, mereka juga kreatif ,dan mampu bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat dicerminkan dari tindakan, perilaku, dan kegiatan kegiatan bonek beberapa tahun terakhir. Mereka(bonek) mampu melakukan berbagai aksi damai dalam upaya penyelamatan/pengembaliaan tim kebanggaan mereka Persebaya Surabaya. Meskipun kadang masih ada beberapa media yang mungkin menyesal dengan aksi bonek yang selalu berakhir damai, karena menganggap kurang “seksi” jika diberitakan.
Selain berbagai aksi damai, kini jika Persebaya berlaga di stadion jarang bahkan tidak terdengar lagi nyanyian nyanyian rasis, ini seharusnya sudah dapat membuktikan jika bonek sudah bertransformasi menjadi supporter yang kreatif. Bonek juga sering mengadakan aksi aksi sosial diluar koridor olahraga seperti bagi takjil ataupun buka bersama di pantiasuhan saat bulan ramadhan, donor darah, dan lainnya.
Perilaku, tindakan, dan kegiatan yang seperti itulah yang seharusnya lebih banyak disorot oleh media, agar masyarakat menjadi paham jika bonek yang tadinya dikenal dengan hal hal yang bersifat negatif telah berubah, dan bertransformasi menjadi supporter yang loyal kepada tim, kreatif, dan mampu bermanfaat bagi masyarakat.
Mengingat citra/stereotype adalah output dari perilaku dan tindakan yang dilakukan, maka seharusnya media menyajikan berita/informasi tentang bonek secara berimbang.
Jangan hanya jika bonek melakukan kesalahan kecil yang bahkan kadang dilakukan oleh sebagian kecil bonek di ekspos secara besar besaran, jangan karna kelakuan sekelompok kecil, dosanya ditimpakan ke keseluruhannya, sedangkan jika melakukan berbagai kegiatan positif tidak diberitakan, sehingga membuat masyarakat mensalahartikan bonek, dan masih mencitrakan bonek dengan negatif.
Yang disebutkan sebelumnya, mungkin dapat dijadikan masukan ataupun dianggap kritik untuk media/pers/wartawan. Selain kritik, kami(bonek) tentunya juga harus banyak berterimakasih kepada media, karena tidak dipungkiri berbagai perjuangan bonek untuk Persebaya Surabaya juga tidak dapat dilepaskan dari peran serta media. Pemberitaan perjuangan bonek bisa disaksikan oleh seluruh Indonesia hingga mendapatkan apresiasi, dukungan dari banyak pihak juga berkat pemberitaan media, sekali lagi terimakasih dan terakhir kami (bonek) mengucapkan selamat Hari Pers Nasional, selamat hari jadi Persatuan Wartawan Indonesia, jadilah pilar demokrasi yang dapat membawa kemajuan bangsa, menyajikan informasi seobjektif mungkin, dan menghadirkan berita berita yang inspiratif.

ISTIMEWANYA BONEK DI MATA PERS DAN MEDIA

Oleh :
Nindy Widiara
(Bonita Campus UPNVJT)

Tak terhitung sudah berapa banyak headline news dan pemberitaan seperti apa mengenai sepak terjang bonek di mata masyarakat umum melalui olahan berita yang di kendalikan oleh media pers. Bonek yang di identikkan dengan suporter bondo nekat ini lebih banyak mendapatkan stigma negatif dibandingkan stigma positif,banyak yang membicarakan pola tingkah bonek saat mendukung tim kesayangannya,terlebih saat melakukan tur tandang tret tret atau yang kekiniannya lebih dikenal istilah awaydays.
Mulai dari penyebutan “nggandol sepur,truk” ,ke luar kota selalu ada saja yang membawa kentrungan untuk ngamen sebagai biaya hidup berada di kota orang,sampai kekhilafan beberapa oknum yang melakukan penjarahan diluar kendali dan kontrol pihak berwajib. Itu semua selalu menjadi pembicaraan hangat dari mulut ke mulut hingga menjadi bahan evaluasi beberapa kelompok suporter lainnya,dan itu semua tidak terlepas dari peran media yang mampu mengolahnya menjadi sangat menarik untuk di baca.
Bukan hanya Persebaya dan Bonek yang menjadi satu kesatuan yang tidak pernah terpisahkan,tetapi bonek dan media juga mempunyai hubungan yang “istimewa”. Letak keistimewaanya ada  ketika media mampu berperan penting bagi image bonek di masyarakat umum,melalui pemberitaan,penamaan,bahkan penilaian yang terkadang hanya mengandalkan satu sisi saja.
Bagi sesama suporter walau berbeda tim yang di dukung,apa yang terjadi pada bonek dan apa yang dilakukan bonek saya rasa mereka pasti memahami,memahami bukan untuk mendukung tapi menyadari bahwa itu telah menjadi “tradisi” yang berawal dari kebiasaan yang dilakukan terus-menerus walaupun saya pibadi tidak mendukung tradisi itu terus ada,mereka tidak akan banyak bicara karena apa yang dilakukan bonek juga pernah bahkan sering mereka lakukan,walaupun pada akhirnya tetap bonek lah yang menjadi fokus utama dalam pemberitaan.
Masyarakat umum yang bukan suporter akan lebih memilih mempercayai media dalam hal menilai bagaimana bonek,padahal jika kita mau meneliti dan sedikit menjadi penengah untuk menilai tidak dari satu sisi,sadar atau tidak sadar media telah mampu mempengaruh pola pikir kita dalam berpendapat,menilai dan menanggapi berita yang disajikan seperti apa,oleh media bonek mampu terbingkai “manis” dalam pemberitaannya.
Anarkis,kisruh,membuat warga khawatir dll. Sejatinya semua suporter telah melakukaan hal yang sama,yang membedakan adalah jika suporter lain yang menjadi topik pemberitaan hanya akan bertahan dua hingga tiga hari,tetapi ketika bonek yang menjadi topik pembicaraan,bisa sampai berhari-hari melebihi pemberitaan Syahrini dengan jargon dan style borjuis nya.
Di mata media,Bonek adalah sekelompok suporter yang istimewa,entah keistimewaan itu terletak pada kreatifitasnya,keloyalan,solid atau pada tingkah ngawurnya. Jika mau di telisik,baik akun pribadi atau akun official komunitas bonek,banyak perubahan yang telah dilakukan oleh bonek. Sekedar pemahaman kedewasaan mereka tentang fanatik yang dewasa,mandiri atau apapun itu.sama seperti kegiatan rutin kelompok lain,banyak komunitas bonek  rutin melaksanakan bagi-bagi tajil,berbuka dengan yatim piatu,menggalang dana untuk korban bencana yang di unggah melalui akunnya,dengan cara tersebut secara tidak langsung masyarakat umum akan tahu bagaimana letak kedewasaan bonek dan sampai mana bonek mampu berperan aktif di tengah-tengah masyarakat di luar tribun.
Saking istimewanya bonek di mata media,sampai-sampai seorang lawyer dengan acara talkshow di salah satu chanel nasional harus melakukan permintaan maaf akibat ulahnya berbicara tak tahu aturan” tentang bonek. Itu letak istimewanya,bonek mampu menggerakkan massa banyak untuk ngluruk ke dewan pers (aku lali jenenge sg bagian nyensor acara iku loh) dengan sms bertubi-tubi hingga operator eror dan melakukan aksi nyata agar lawyer tersebut melakukan permintaan maaf secara terbuka,ya jelas bonek melakukannya tanpa aksi anarkis yang merugikan pihak manapun,tetapi masih saja ada pemberitaan yang merugikan bonek diluar sana. Yang terbaru adalah headline news dari media cetak di salah satu kota malang yang menyebut bonek adalah suporter biadab,terlepas ulah yang dilakukan oknum-oknum tidak bertanggungjawab terhadap suporter malang di sragen,jawa tengah,semua orang setuju dan sepaham bahwa tidak seharusnya media massa selaku media yang damai dan menjadi tujuan orang-orang dalam mendapatkan informasi harus menulis artikel seperti itu,dimana letak media yang damai bahkan mampu mendamaikan hati beberapa pihak dengan pemberitaannya yang mampu meredam suasana panas?
Dan tidak berselang lama,bonek tidak tinggal diam untuk tetap menjaga image yang telah di perbaiki secara perlahan-lahan melalui prose panjang,bonek dengan aksinya melakukan bagi bunga untuk pengendara PLAT N di surabaya,bertempat di sekitara Taman apsari pusat kota,bonek ingin menunjukkan bahwa siapapun dia yang ada di surabaya baik warga malang,jakarta entah suporter atau masyarakat umum yang bukan suporter,Surabaya tetap menjadi kota yang aman dan bersahabat bagi semua dan peristiwa yang sempat memukul bonek dengan stigma yang buruk akibat ulah oknum tidak bertanggungjawab tidak akan mempengaruhi aktifitas di surabaya.
Maka tidak salah jika setiap kegiatan bonek sering menggandeng media lain baik media cetak dan elektronik untuk ikut menjadi bagian dalam mempublikasikan kegiatan-kegiatan positif yang akan di tunjukkan ke masyarakat umum. Bonek semakin dewasa,semakin memahami arti kemandirian suporter tanpa merugikan warga disekitar dan telah belajar perlahan-lahan untuk lebih menonjolkan kreatifitas di tribun,produktifitas diluar tribun dengan Persebaya ,salah satu upaya agar masyarakat melalui media mampu memahami usaha-usaha bonek menjadi suporter yang fanatik tapi tertib dan bertanggungjawab.
Ada baiknya masyarakat sama-sama menjadi individu yang cermat dan tidak mudah memancing,menyimpulkan bahkan memberikan stigma buruk terhadap bonek,apa yang saya katakan bukan sekedar pembelaan saja,tetapi saya memposisikan diri sebagai salah satu bonek yang juga berusaha memperbaiki stigma buruk menjadi baik dengan berbagai kegiatan yang dilakukan ditengah-tengah masyarakat,yang berkaitan dengan masyrakat dll. Ojok sampe kemarau 3 tahun di ganti udan sedino,ojok sampe opo sing wes awakdewe lakukno gawe jenenge bonek luwih apik kudu dirusak karo oknum-oknum sing gak bertanggungjawab dan dimanfaatno media gawe kepentingan rating di puncak dan jenjang karir jabatan atas pemberitaan tersebut.