Rabu, 02 Mei 2018

Bonek dan Makna Hardiknas

Oleh : Farbon (BONEK UNESA)

Selamat Hari pendidikan untuk semua insan yang selalu belajar disetiap kehidupanya.

Hari pendidikan sendiri dapat diartikan sebagai hari jati diri bangsa dimana  pendidikan merupakan modal awal dari perkembangan bangsa indonesia.

Tak terkecuali apa yang dialami oleh supporter persebaya, BONEK MANIA. Mereka mengalami beberapa momen yang kelam pada beberapa waktu silam.

Bonek seringkali dicap sebagai supporter rusuh dan anarkis oleh masyarakat, bahkan lebih parahnya lagi media selalu saja menjadikan bonek sebagai ajang mencari keuntungan dalam beritanya.

Membuat  masalah yang menimpa bonek semakin besar dan seakaan akan bonek memang rusuh dengan dijadikanya headlinews di media massanya. Ini merupakan masalah yang tidak mudah menjadi bonek, karena selalu dikambing hitamkan semua pihak padahal belum tentu muara dari masalah itu sendiri dari bonek.

Dekade silih berganti bonek semakin dewasa dalam menyikapi situasi yang sulit seperti ini.

Mereka lebih memilih menjadikanya tantangan demi memperbaiki diri sendiri. Menjadikan pengalaman sebagai guru terbaik untuk mengarungi masa depan yang lebih baik lagi.

Di sisi lain bonek juga melawan berita yang menyerang, dengan berbagai aksi sosial maupun aksi kreativitas di tribun dalam mengawal kebanggaan persebaya surabaya.

Berbagai aksi pernah dilakukan seperti bakti sosial ke panti asuhan, mengadakan acara penggalangan untuk korban bencana maupun untuk aksi solidaritas sesama bonek yang terkena musibah ini dilakukan atas nama manusia karena seburuk buruknya bonek.

Mereka tetaplah manusia yang ingin lebih baik dan terus ingin memperbaiki diri. Tak luput juga berbagai aksi kreativitas yang ditampilkan saat mendukung persebaya mulai dari aksi koreografi kertas hingga koreo 3 dimensi yang menarik.

Dan lebih hebatnya lagi bonek mulai berbenah dalam segi chants yang di gelorakan mereka tak lagi menggunakan chants yang berbau rasisme terhadap pihak lain meskipun itu memang sulit dilakukan bagi supporter yang dikenal militan ini.

Lantas itu tak membuat bonek patah semangat, terbukti dari pertandingan akhir akhir ini tak terdengar lagi chants yang bersuara sumbang berbau rasis di stadion.

Mereka lebih menyuarakan chants yang bisa membakar semangat pemain dilapangan, karena sejatinya supporter adalah pemain ke 12 yang sudah sepatutnya mendukung tim kebanggan dengan kreativitas yang unik.

Sudah saatnya bonek kembali pada jiwa dan ruhnya, dengan tidak lagi mebuat onar karena nekad bukanlah sesuatu yang buruk banyak sekali orang dengan bermodalkan nekad telah sukses dalam hidupnya. Tanpa harus membuat rusuh, sebenarnya masyarakat sudah segan, karena bonek juga mengajarkan tentang tujuan yang harus dicapai meskipun itu sulit dan terjal.

Kefanatikan bonek memanglah luar biasa jika dibarengi dengan sikap yang dewasa dan mau belajar dari masa lalu, tak ayal bonek akan menjadi supporter fanatik yang berkode etik. Mengedepankan jiwa yang berbudi pekerti dan mengesampingkan sifat anarkisme.

Seperti halnya manusia biasa, bonek telah jatuh cinta. Kecintaan tersebut bukan pada seseorang melainkan pada sebuah tim kebanggaan persebaya surabaya.

Romantika bersama persebaya juga telah menimbulkan banyak tangis, tawa, kehilangan dan kesetiaan. Bonek sudah menjadi panggung kehidupan dan juga sudah menjadi sebuah proses pendidikan dalam diri.

Dengan ketidak sempurnaan dan kesederhaaan inilah way of life yang bisa membuat jutaan orang mengidentifikasikan dirinya sebagai bonek.

Rabu, 17 Januari 2018

Tentang "History, Victory 80's, Tribute to Legend"

Berkarya diluar tribun untuk PERSEBAYA ? Ya, itu adalah salah satu visi dan misi dari kami, Bonek Campus. Sebuah nama kelompok yang menurut kami sangat berat, karena mengusung nama campus. Dimana makna itu identik dengan mahasiswa/i yang dinilai kritis dan selalu berada pada garda depan dalam hal berkarya.

Mengulas kembali sebuah karya dari Bonek Campus untuk PERSEBAYA, kami wujudkan dalam sebuah karya Mahakarya Bonek Campus. Memang belum seberapa mendalam mengulas sejarah besar PERSEBAYA. Namun kami berusaha menitik beratkan pada beberapa point sejarah PERSEBAYA, khususnya kejuaraan dan pertandingan PERSEBAYA melawan tim – tim Eropa.

Namun pembahasan soal sejarah juga akan kurang lengkap jika tidak menghadirkan pelaku sejarah, oleh karena itu kita hadirkan beberapa mantan pemain, pelatih, dan official PERSEBAYA.
Mahakarya Bonek Campus II, sebuah acara dari Bonek Campus untuk mewujudkan salah satu visi dan misi dari Bonek Campus sendiri, berkontribusi nyata untuk PERSEBAYA. Tidak berbeda jauh dengan konsep Mahakarya Bonek Campus I (22/05/2016).

Dalam  Mahakarya Bonek Campus II ini Bonek Campus mengusung tema “History, Victory 80’s, tribute to legend”. Tema ini sengaja kami pilih untuk mengenang kembali masa kejuaraan PERSEBAYA di tahun 1987 – 1988. Selain itu juga untuk menambah euforia atas juaranya PERSEBAYA di Liga 2 Indonesia 2017. Dengan harapan untuk memompa semangat tim kebanggaan kami, PERSEBAYA menyongsong Liga 1 Indonesia 2018. Dan juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta dari BONEK dan BONITA untuk senantiasa mendukung PERSEBAYA.

Tahun 1980an tentunya tidak hanya berbicara soal kejuaraan PERSEBAYA, namun banyak cerita diluar lapangan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah PERSEBAYA  dan pendukungnya, BONEK. “Sepakbola gajah” salah satunya, sebuah pertandingan sepakbola yang sangat kontroversi pada saat itu. Karena memiliki dua sisi baik dan buruk dalam perjalanan sejarah PERSEBAYA. Namun, suramnya sebuah perjalanan sejarah PERSEBAYA tetap tidak bisa kita hindarkan. Hal itu justru menginspirasi kami untuk mengulas lebih dalam soal “sepakbola gajah” yang pernah dialami PERSEBAYA. Beruntung sebuah sejarah yang bisa dibilang suram itu telah diabadikan dalam sebuah karya tulis buku Sepakbola Gajah Paling Spektakuler, sebuah buku karya Slamet Oerip prihadi dan Abdul Muis.

Kami menjadikan Mahakrya Bonek Campus II ini sebagai tempat mengulas lebih dalam lagi pada segmen bedah buku “sepakbola gajah paling spektakuler”. Beruntung bapak slamet oerip atau lebih sering dipanggil “suhu”  yang juga wartawan senior Jawa Pos bersedia kami undang untuk menjadi narasumber dalam segmen bedah buku tersebut. Sebuah kebanggan bagi kami tentunya bisa menghadirkan salah satu penulis yang bisa dibilang nekat mengulas lebih dalam soal sejarah kontroversi PERSEBAYA tersebut.

Kompetisi Perserikatan 1987 – 1988, sebuah kompetisi yang tentunya akan selalu dikenang oleh pendukung PERSEBAYA. Dimana pada kompetisi tersebut PERSEBAYA berhasil menjadi juara, setalah mengalahkan Persija 3-2 di stadion utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Selain moment kejuaraan PERSEBAYA, juga ada sebuah moment yang sangat akan dikenang oleh kelompok pendukung PERSEBAYA.

Dimana pada saat itu mulai muncul istilah yang sangat melekat untuk supporter yang selalu setia mendukung PERSEBAYA, yaitu BONEK (Bondo dan NEKat). Yang mungkin untuk saat ini masih banyak masyarakat yang salah mengartikan makna sesungguhnya. Sebuah sebutan yang muncul saat ribuan supporter fanatik PERSEBAYA tersebut berbondong – bondong menuju Jakarta untuk memberikan dukungan langsung kepada tim kebanggaannya, PERSEBAYA.

Sebuah moment yang akan selalu dikenang oleh pendukung PERSEBAYA sampai saat ini, mereka mengabadikan dengan sebutan “tret... tet... tet...”. Sampai saat ini BONEK menyebut “tret... tet... tet...” sebagai sebuah momen mendukung PERSEBAYA ketika bertandang melakoni pertandingan.

Sebuah tradisi yang sangat maksimal untuk mendukung PERSEBAYA, salut! Tentunya momen tersebut ingin kami ulas lebih dalam dalam Mahakarya Bonek Campus II ini, dengan menghadirkan langsung pelaku sejarah. Seperti para mantan pemain PERSEBAYA tahun 1987 – 1988 dan supporter yang ikut mendukung langsung PERSEBAYA ditahun 1987 – 1988 (tret... tet... tet...).

Beruntung para pelaku sejarah tersebut bersedia menjadi narasumber kami, seperti Pak Muharram, Pak Yongky Kastanya (Pemain Persebaya 1987 – 1988), Pak Eko, Pak Zul (Peserta tret... tet... tet... 1987 – 1988). Kami sangat memanfaatkan baik kesediaan para narasumber kami dengan mengulas lebih dalam momen – momen kejuaraan dan momen mendukung PERSEBAYA tersebut.

Kami juga meberikan kesempatan untuk pengunjung acara Mahakarya Bonek Campus II bertanya kepada narasumber kami, baik saat bedah buku, dan juga talk show dengan para mantan pemain dan pelaku sejarah tret... tet... tet...

Foto bersejarah, artikel koran, dan piala kejuaraan  PERSEBAYA ditahun 1980an tidak luput kami jadikan bahan dalam Mahakarya Bonek Campus II. Untuk menjaga kesan klasik dalam acara tersebut kami menempelkan langsung artikel koran tentang PERSEBAYA ditahun 1980an, dan mencetak ulang foto – foto bersejarah PERSEBAYA ditahun 1980an.

Beruntung PERSEBAYA memilikki supporter yang tergabung dalam kelompok Pemerhati Sejarah Persebaya. Sebuah komunitas yang berkonsentrasi pada sejarah PERSEBAYA, yang sudah mengabadikan beberapa puing peninggalan sejarah PERSEBAYA baik dalam bentuk artikel atau barang.

Oleh karena itu kami mengajak Pemerhati Sejarah Persebaya untuk berkontribusi dalam acara Mahakarya Bonek Campus II dengan mengisi talk show dan juga turut menampilkan koleksi barang bersejarah PERSEBAYA.

Sebuah kerjasama yang sangat membanggakan bagi kami, dimana kami bisa turut mengajak sebuah komunitas Pemerhati Sejarah PERSEBAYA ikut andil dalam Mahakarya Bonek Campus II. Selain itu tidak lupa kami mengajak pengelola Mess Karanggayam untuk berkerjasama dalam Mahakarya Bonek Campus II dengan memberikan izin kepada Bonek Campus untuk membawa langsung piala – piala kejuaraan PERSEBAYA ditahun 1980an untuk kami tampilkan dalam Mahakarya Bonek Campus II dengan tujuan untuk menambah kesan juara PERSEBAYA ditahun 1980an.

Sebuah edukasi tentang sejarah PERSEBAYA akan selalu kami tonjolkan dalam karya kami, Bonek Campus. Dengan tujuan menambah pengetahuan tentang nama besar PERSEBAYA dan menumbuhkan rasa cinta dan bangga kepada tim kebanggaan kami, PERSEBAYA. Khususnya untuk kami, Bonek Campus, kami berharap akan ada sebuah karya lainnya untuk mengedukasi dan mengenang nama besar PERSEBAYA yang bisa kami laksanakan dan kami sajikan untuk wujud kontribusi nyata kami, Bonek Campus, kepada tim kebanggan kami, PERSEBAYA. Tentunya kami juga terbuka kepada komunitas – komunitas lain untuk berkerjasama dalam mendukung PERSEBAYA diluar pagar tribun dan diluar pertandingan PERSEBAYA. Akhir kata, SALAM SATOE NYALI !!! WANI !!

Sabtu, 06 Januari 2018

Menjelang Mahakarya Jilid 2

Oleh : Nindi Widiara

Kalian bisa menghitung berapa banyak orang-orang yang mencintai dan mendukung adanya kalian?

Kami tidak bisa memastikan ada berapa banyak. Yang pasti setiap kami membuat suatu hal baru,banyak yang mengapresiasi.

Lalu, apa kalian bisa menghitung berapa banyak yang tidak menyukai atau antipati dengan keberadaan kalian?

Kalau itu mungkin sedikit, hanya yang terlihat banyak adalah mereka yang tidak menyukai kami berusaha mencari kelemahan kami agar mereka mempunyai alasan kenapa kami patut dibenci.

Seolah-olah sedang mengajak berbicara lawan bicara dihadapan saya, hanya saja yang saya ajak bicara adalah diri saya sendiri. Saya tau apa yang menjadi jawaban atas pertanyaan yang tidak penting itu.

Malam ini, untuk beberapa waktu yang lama akhirnya gudang kecil di rumah saya menjadi rumah singgah teman-teman Bonek Campus untuk persiapan karya yang akan mereka laksanakan dalam bentuk pameran. Alhamdulillah karya tersebut mampu dilaksanakan rutin untuk yang kedua kalinya. Bukan perkara mudah untuk menata, mengkoordinir, bahkan menjalankan setiap langkah untuk menjadi karya yang menarik, saya rasa itu yang terlihat saat teman-teman panitia berkumpul, berdiskusi, sesekali beradu argumen karena berbeda cara pandang tetapi itulah momen yang sebenarnya saya rindukan. Ya, satu tahun yang lalu saya juga menjadi bagian dari kepanitiaan pameran tersebut.

Di tengah persiapan keriuhan panitia untuk Mahakarya History Victory Persebaya era 1980an ini, di luar sana masih banyak yang gagal paham, dan membiarkan kegagalan pahaman itu dengan terus-menerus menanyakan apa fungsi dan peran kami diantara banyaknya dulur-dulur Bonek untuk Persebaya?

Ijinkan saya menuangkan dalam bentuk tulisan ini, agar kalian yang masih gagal paham merelakan beberapa menitmu untuk membaca tulisan yang mungkin banyak begejekannya. Kami sama seperti kalian yang mendukung Persebaya dengan penuh rasa bangga, sedih  ketika kalah, marah ketika di dzalimi, atau bahagia ketika waktu, tenaga, dan materi mampu dibuktikan dengan kejayaan Persebaya yang kembali seperti dulu. Kita sama, sama-sama mau menjadi bagian dari Persebaya yang sering disebut sebagai pemain keduabelas, sama-sama ingin mendukung Persebaya dimanapun ia berada, sama-sama ingin menuangkan dukungan dengan bebagai bentuk unik ke Persebaya. Dan saya rasa itulah kami ada dan terbentuk.

Ada poin yang rasanya orang awam akan menganggap berat tetapi bagi kami, lebih berat juga hehe. Berat karena bagaimana caranya bentuk kontribusi itu mampu dipahami oleh kami yang mungkin masih awam dalam hal karya. Karena dulu, kami ini menjadi Bonek yang mendukung Persebaya dengan hadir langsung di stadion, mbonek ben Persebaya gak ijenan. Nyatanya jaman semakin maju, dan pola pikir kami pun juga lama-lama harus beradaptasi dengan kemajuan tersebut, termasuk maju dalam hal kontribusi. Ini kami ya, perlu di garis bawahi “kami perlu maju”, mendukung Persebaya di stadion adalah wajib bagi semua yang mencintai, mengagumi, menggilai, bahkan menganggap Persebaya harga mati bagi dirinya. Tetapi jika mampu menuangkan bentuk kecintaan, dukungan, kegilaan akan Persebaya dengan hal lain tentunya yang positif, maka sah-sah saja dan akan memberi warna baru di dunia suporter yang kental dengan kengeyelan, kesetiaan, dan perjuangannya.

Kami ingin berkontribusi nyata untuk Persebaya, bukan sekedar dibelakang pagar tribun, apalagi dibelakang bayang-bayang doi yang sulit digapai unch unch, tetapi kami ingin  membuat yang lebih.

Sejarah tetap sejarah, sejarah seyogyanya dijaga, dilestarikan, tetapi kesini-sininya, kami belajar dari sejarah untuk membuatnya terlihat menarik, keren, dan mengikuti jaman. Ya salah satunya dengan berkarya dalam bentuk pameran. Kami bukan individu yang punya background Event Organizer, menghandle ini itu saja kadang menit-menit akhir baru teringat. Tetapi kami ingin mengemas sejarah menjadi bentuk karya seni yang mampu menarik minat masyarakat umum untuk mau datang, menikmati tiap lorong atau ruang berisikan karya-karya berupa artikel, video, foto, lalu mereka yang awam pun mampu mengubah mindsetnya bahwa “oh Bonek iku ternyata kreatif yo, asik yo, punya hal dan kegeiatan positif” lalu mereka yang awam mulai jatuh cinta dengan Persebaya dan bangga menjadi Bonek, serta sesama dulur Bonek yang datang juga kami ingin berbagi kebahagiaan, berdiskusi, dan stay begejekan untuk menjaga tali silaturahmi.
Tetapi niatan dan usaha yang kami anggap positif dan baik pun terkadang masih dianggap akan menjadi hal yang sia-sia atau bahkan gak penting untuk sebagian orang. Tetapi percayalah, ketika sejarah hanya menjadi peringatan satu tahun sekali, menjadi hal yang membosankan dan hanya menjadi hiasan sesaat, maka kalian tidak akan berkembang. Tetapi jika kalian mau menjadikan sejarah tersebut bagian dari diri kalian, yang terus-menerus ingin diperbaiki dan menuangkan dengan cara yang unik, asik, dan berbeda maka sejarah tersebut bukan lagi sekedar kita jaga, lestarikan, tetapi sudah menjadi pelajaran hidup bagi kita, pelajaran mengenai kesetiaan, perjuangan, komitmen, dan idealis yang terus kita pupuk demi generasi kita selanjutnya yang akan lahir.