Oleh : Nindi Widiara (Bonita Campus UPN VJT)
Ijo ijo ijo ijo ijo,
teriakan yang kerap saya dengarkan saat perjalanan menuju Gelora Bung Tomo
bersama puluhan dulur Bonek dengan semangatnya mengibar-ngibarkan giant flag dan syal kebanggaannya. Laga
perayaan anniversary Persebaya melawan Persik kediri memang masih lama untuk
dimulai, mengingat saya berangkat masih sore hari dan laga pembuka akan dimulai
dengan Legend Persebaya yang akan bermain mulai pukul 18.30 WIB.
Sesampainya saya di
area luar GBT, euforia perayaan bertambahnya usia Persebaya semakin membuat
bulu dipergelangan tangan saya berdiri alias merinding. Mulai anak-anak, kaum
perempuan yang terlihat masih remaja hingga sudah berumur senja pun dengan
semangatnya mereka ingin segera masuk ke dalam GBT, ya karena mereka tidak
ingin melewatkan momen berdiri ataupun duduk bahkan yakyak’an di tribun saat
Legend Persebaya memulai laga eksebisinya. Saya paham, mungkin dari beberapa
yang saya sebutkan masih belum memahami siapa saja pemain yang masuk di tim
Legend Persebaya putih dan hijau dari dekade 1970, 1980, dan 1990an, bahkan
jika ditanya untuk menyebutkan pemain siapa saja yang mewakili per dekade, saya
sendiri juga masih kesulitan untuk menjawab dengan benar dan lengkap, tetapi
jauh dari hal tersebut saya bangga sekali bisa melihat rasa gemas, kezel (kata
ABG jaman edan sekarang) atau ketawanya mereka sewaktu melihat para sesepuh itu
menendang bola. Bagaimana tidak gemas seakan ingin mencubit pipi kirana (anak
kecil yang hitz karena kecerdasannya di Instagram) lha wong yang niatannya mau
menendang bola, eh malah rumput yang kesepak, yang dengan yakinnya mau mengoper
bola ke partner timnya eh malah jatuh njelongop, bahkan bola belum diterima
saja dengan tataknya loncat untuk oper bola keatas.
Betapa kagumnya saya
dengan semangat yang masih terlihat dari beliau-beliau ini, mereka yang di
lapangan dan bangku cadangan mengajak kita untuk mau tau dan mau belajar
tentang sejarah panjang perjuangan mereka dahulu seperti apa saat membela
Persebaya. Persebaya yang besar hingga detik ini, tidak terlepas dari kerja
keras dan kesolidan para pemain serta jajaran manajemen yang dulu jatuh bangun
mempertahakan ciri khas permainan, karakter, dan ikon Arek Suroboyo.
Seperti Maura Hally,
Muharrom Rusdiana, Putu Yasa, Yongki Kastanya, Mustaqim adalah beberapa pemain yang
sering saya temui saat momen yang berkaitan dengan Persebaya dan Bonek. Melalui
mereka, saya seakan diajak kembali untuk mengingat masa keemasan mereka, lebih
tepatnya mereka yang mengingatkan sambil menceritakan perjalanan awal mula
karir mereka dari klub internal, berhasil menembus skuad Persebaya dan ada yang
sukses berkarir di Timnas Indonesia.
Tentunya karena saat
mereka bermain, saya masih belum lahir di Bumi ini, bahkan mungkin ayah dan ibu
saya masih menerawang akan seperti apa wujud anak keduanya ini. Saya memulai
untuk berimajinasi saat bibir sesepuh tersebut dengan gayengnya memulai
kisahnya. Dari yang kesulitan mempunyai sepatu untuk latihan, harus pulang
pergi menempuh jarak yang lumayan jauh, atau harus berlatih dengan keras agar
tetap bisa bermain di tim inti. Melihat mereka bercerita, tidak jarang saya
melihat guratan senyum bahagia dan rasa bangganya tentang kenangan manis
bermain di Persebaya, mengingat siapapun di lubuk hati paling dalam mempunyai
keinginan untuk bermain dan membela klub berjuluk bledug ijo.
Tidak sedikit yang
tertawa terbahak-bahak sambil mengeluarkan joke saat Rudy Kletjes keluar
digantikan dengan pemain lain, beliau berjalan sambil memegangi pinggang
kirinya, “boyok e Rudy kumat mari body cash” atau celetukan lainnya seperti
“pemaine bingung kape ngegolno, wong podo nggowo jeneng Persebayae, engkok
dipikir bunuh diri”, dan celetukan lainnya. Hingga akhinya pertandingan Legend
Persebaya hijau dan Legend Persebaya putih usai ditutup dengan penyerahan
jersey bertanda tangan seluruh pemain Legenda Persebaya yang diberikan kepada
mantan manajer tim Persebaya kala itu, yaitu Dahlan Iskan.
Persebaya Legend bersama Dahlan Iskan (Sumber : @officialPersebaya) |
Dari nama-nama yang
saya sebutkan, memang mayoritas adalah pemain dekade 1980an, kenapa saya bisa
tahu? Yups, saya bersyukur pernah menjadi bagian dari pelaksanaan pameran
Mahakarya Bonek Campus History Of Persebaya, dimana saya dan teman-teman Bonek
Campus bersatu padu mengesampingkan prioritas kami selain kuliah dan bekerja
dengan merangkai konsep pameran yang menampilkan sejarah Persebaya kurang lebih
dari dekade 1970, 1980, 1990, dan 2000an keatas. Melalui pameran tersebut, saya
mendapatkan pengalaman dan hal baru yang saya peroleh. Bahwa PERSEBAYA JAUH
LEBIH SANGAR DARI YANG SAYA KIRA DAN PIKIRKAN. Bahwa Persebaya yang kita
bangga-banggakan bukan hanya dihuni oleh Andik Vermansyah, Evan Dimas, Zheng
Cheng, Rendy Irwan, Misbakhul Solikhin atau abdul aziz yang kerap membuat kaum
hawa di tribun berteriak dengan nggetunya, termasuk saya juga sih, tetapi
Persebaya yang besar akan prestasinya, besar akan sumbangsih pemainnya ke
Timnas Indonesia, dan besar dengan segala kebanggaannya yaitu dahulunya tidak
terlepas dari usaha yang keras, kesolidan, keloyalan, dan kesetiaannya dari
para pemain legenda terdahulu, yang mungkin kita belum mengikuti permainanya
karena belum lahir dan lain-lain.
Melalui Anniversary
Persebaya ke 90 tahun kemarin, melalui PT.JPS, manajemen mengajak kita untuk
kembali mengingat apa yang diucapkan oleh Presiden Klub tentang sejarah, yang
bunyinya learn history, use history, and
make history. Yang artinya pelajarilah sejarah, gunakanlah sejarah, dan
ciptakan sejarah. Poin tentang pelajarilah sejarah, bagaimana pandangan kita
tentang para legenda Persebaya ini, bahwa mereka juga bagian terpenting dari
jayanya Persebaya, dan sepatutnya kita menghargai perjuangan beliau-beliau dari
dekade berapapun, karena melalui perjuangan merekalah, hingga detik ini,
walaupun Persebaya sempat dipaksa mati untuk beberapa tahun, tetapi kita masih
bisa berkumpul, bernyanyi, berangkulan, dan bisa menyaksikan “masa kembalinya
kejayaan” mereka di lapangan hijau dengan siapapun di GBT dalam perayaan
anniversary Persebaya yang ke 90 tahun.
Panjang umur
PERSEBAYAKU, panjang umur perjuangan kita selama ini, dan panjang umur untuk
para legenda Persebaya yang masih hidup, semoga di tahun berikutnya kita masih
dipertemukan dengan beliau-beliau di lapangan hijau. WANI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar