Senin, 19 Juni 2017

PERSEBAYA 90 TAHUN (1) : LEGENDA KEMBALI BERJAYA

Oleh : Nindi Widiara (Bonita Campus UPN VJT) 

Ijo ijo ijo ijo ijo, teriakan yang kerap saya dengarkan saat perjalanan menuju Gelora Bung Tomo bersama puluhan dulur Bonek dengan semangatnya mengibar-ngibarkan giant flag dan syal kebanggaannya. Laga perayaan anniversary Persebaya melawan Persik kediri memang masih lama untuk dimulai, mengingat saya berangkat masih sore hari dan laga pembuka akan dimulai dengan Legend Persebaya yang akan bermain mulai pukul 18.30 WIB.

Sesampainya saya di area luar GBT, euforia perayaan bertambahnya usia Persebaya semakin membuat bulu dipergelangan tangan saya berdiri alias merinding. Mulai anak-anak, kaum perempuan yang terlihat masih remaja hingga sudah berumur senja pun dengan semangatnya mereka ingin segera masuk ke dalam GBT, ya karena mereka tidak ingin melewatkan momen berdiri ataupun duduk bahkan yakyak’an di tribun saat Legend Persebaya memulai laga eksebisinya. Saya paham, mungkin dari beberapa yang saya sebutkan masih belum memahami siapa saja pemain yang masuk di tim Legend Persebaya putih dan hijau dari dekade 1970, 1980, dan 1990an, bahkan jika ditanya untuk menyebutkan pemain siapa saja yang mewakili per dekade, saya sendiri juga masih kesulitan untuk menjawab dengan benar dan lengkap, tetapi jauh dari hal tersebut saya bangga sekali bisa melihat rasa gemas, kezel (kata ABG jaman edan sekarang) atau ketawanya mereka sewaktu melihat para sesepuh itu menendang bola. Bagaimana tidak gemas seakan ingin mencubit pipi kirana (anak kecil yang hitz karena kecerdasannya di Instagram) lha wong yang niatannya mau menendang bola, eh malah rumput yang kesepak, yang dengan yakinnya mau mengoper bola ke partner timnya eh malah jatuh njelongop, bahkan bola belum diterima saja dengan tataknya loncat untuk oper bola keatas.

Betapa kagumnya saya dengan semangat yang masih terlihat dari beliau-beliau ini, mereka yang di lapangan dan bangku cadangan mengajak kita untuk mau tau dan mau belajar tentang sejarah panjang perjuangan mereka dahulu seperti apa saat membela Persebaya. Persebaya yang besar hingga detik ini, tidak terlepas dari kerja keras dan kesolidan para pemain serta jajaran manajemen yang dulu jatuh bangun mempertahakan ciri khas permainan, karakter, dan ikon Arek Suroboyo.

Seperti Maura Hally, Muharrom Rusdiana, Putu Yasa, Yongki Kastanya, Mustaqim adalah beberapa pemain yang sering saya temui saat momen yang berkaitan dengan Persebaya dan Bonek. Melalui mereka, saya seakan diajak kembali untuk mengingat masa keemasan mereka, lebih tepatnya mereka yang mengingatkan sambil menceritakan perjalanan awal mula karir mereka dari klub internal, berhasil menembus skuad Persebaya dan ada yang sukses berkarir di Timnas Indonesia.

Tentunya karena saat mereka bermain, saya masih belum lahir di Bumi ini, bahkan mungkin ayah dan ibu saya masih menerawang akan seperti apa wujud anak keduanya ini. Saya memulai untuk berimajinasi saat bibir sesepuh tersebut dengan gayengnya memulai kisahnya. Dari yang kesulitan mempunyai sepatu untuk latihan, harus pulang pergi menempuh jarak yang lumayan jauh, atau harus berlatih dengan keras agar tetap bisa bermain di tim inti. Melihat mereka bercerita, tidak jarang saya melihat guratan senyum bahagia dan rasa bangganya tentang kenangan manis bermain di Persebaya, mengingat siapapun di lubuk hati paling dalam mempunyai keinginan untuk bermain dan membela klub berjuluk bledug ijo.

Tidak sedikit yang tertawa terbahak-bahak sambil mengeluarkan joke saat Rudy Kletjes keluar digantikan dengan pemain lain, beliau berjalan sambil memegangi pinggang kirinya, “boyok e Rudy kumat mari body cash” atau celetukan lainnya seperti “pemaine bingung kape ngegolno, wong podo nggowo jeneng Persebayae, engkok dipikir bunuh diri”, dan celetukan lainnya. Hingga akhinya pertandingan Legend Persebaya hijau dan Legend Persebaya putih usai ditutup dengan penyerahan jersey bertanda tangan seluruh pemain Legenda Persebaya yang diberikan kepada mantan manajer tim Persebaya kala itu, yaitu Dahlan Iskan.

Persebaya Legend bersama Dahlan Iskan (Sumber : @officialPersebaya)

Dari nama-nama yang saya sebutkan, memang mayoritas adalah pemain dekade 1980an, kenapa saya bisa tahu? Yups, saya bersyukur pernah menjadi bagian dari pelaksanaan pameran Mahakarya Bonek Campus History Of Persebaya, dimana saya dan teman-teman Bonek Campus bersatu padu mengesampingkan prioritas kami selain kuliah dan bekerja dengan merangkai konsep pameran yang menampilkan sejarah Persebaya kurang lebih dari dekade 1970, 1980, 1990, dan 2000an keatas. Melalui pameran tersebut, saya mendapatkan pengalaman dan hal baru yang saya peroleh. Bahwa PERSEBAYA JAUH LEBIH SANGAR DARI YANG SAYA KIRA DAN PIKIRKAN. Bahwa Persebaya yang kita bangga-banggakan bukan hanya dihuni oleh Andik Vermansyah, Evan Dimas, Zheng Cheng, Rendy Irwan, Misbakhul Solikhin atau abdul aziz yang kerap membuat kaum hawa di tribun berteriak dengan nggetunya, termasuk saya juga sih, tetapi Persebaya yang besar akan prestasinya, besar akan sumbangsih pemainnya ke Timnas Indonesia, dan besar dengan segala kebanggaannya yaitu dahulunya tidak terlepas dari usaha yang keras, kesolidan, keloyalan, dan kesetiaannya dari para pemain legenda terdahulu, yang mungkin kita belum mengikuti permainanya karena belum lahir dan lain-lain.

Melalui Anniversary Persebaya ke 90 tahun kemarin, melalui PT.JPS, manajemen mengajak kita untuk kembali mengingat apa yang diucapkan oleh Presiden Klub tentang sejarah, yang bunyinya learn history, use history, and make history. Yang artinya pelajarilah sejarah, gunakanlah sejarah, dan ciptakan sejarah. Poin tentang pelajarilah sejarah, bagaimana pandangan kita tentang para legenda Persebaya ini, bahwa mereka juga bagian terpenting dari jayanya Persebaya, dan sepatutnya kita menghargai perjuangan beliau-beliau dari dekade berapapun, karena melalui perjuangan merekalah, hingga detik ini, walaupun Persebaya sempat dipaksa mati untuk beberapa tahun, tetapi kita masih bisa berkumpul, bernyanyi, berangkulan, dan bisa menyaksikan “masa kembalinya kejayaan” mereka di lapangan hijau dengan siapapun di GBT dalam perayaan anniversary Persebaya yang ke 90 tahun.


Panjang umur PERSEBAYAKU, panjang umur perjuangan kita selama ini, dan panjang umur untuk para legenda Persebaya yang masih hidup, semoga di tahun berikutnya kita masih dipertemukan dengan beliau-beliau di lapangan hijau. WANI!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar