Persebaya 2019 Berubah
Persebaya, ketika
kita mendengar nama tersebut muncul memori tentang salah satu kesebelasan sepak
bola dengan sejuta prestasi. Militansi yang membara, determinasi dan semangat
yang berkobar menjadi ciri khas permainanya. Didirikan di Surabaya pada tahun
1927 menjadi salah satu klub yang cukup disegani dieranya. Seperti pepatah ada
gula ada semut hal ini tergambar jelas seperti Persebaya dengan suporter
setianya Bonek Mania. Dibelahan manapun Persebaya berlaga disitulah Bonek
berada. Persebaya sudah menjadi nafas bagi sebagian besar Bonek bahkan
menyebrangi lautan rela mereka lakukan demi Persebaya. Dari era perserikatan
Persebaya sudah menjadi langganan juara di Indonesia. Pemain hebat pun tercetak
di Persebaya salah satunya Bejo Sugiantoro, Yusuf. E, Mat Halil, Anang Ma’ruf yang
menjadi tumpuan timnas Indonesia. Hampir semua kejuaraan di Indonesia pernah
dicicipi juara oleh Persebaya.
Namun di era 2000an Persebaya yang dulu disegani
mulai menurun performancenya. Hal ini
terjadi karena Persebaya banyak dimanfaatkan oleh oknum yang mengutamakan
egoisme pribadi. Persebaya menjadi tunggakan politik, peninggian diri bahkan
menjadi tempat meraup keuntungan pribadi. Selama hampir 4 tahun Persebaya
menjadi ‘ladang emas’ bagi sebagian oknum. Prestasi yang semakin karut marut.
Manajemen tim yang berasaskan ‘asal ada’ dan bahkan pemain yang sudah berkucur
keringat dilapangan tidak digaji. Gong besar dibunyikan dengan nada ‘persebaya
tidak diakui PSSI’ hal ini mebuat sebagian besar pendukung Persebaya bersedih.
Mereka bingung kenapa ini terjadi dengan prestasi dan sejarah istimewa yang
dimiliki Persebaya. Lambat laun Bonek mulai sadar bahwa ‘kekasih hatinya’
sedang direnggut dan dikuasai segelintir perampok berdasi. Aksi demi aksi
dilakukan Bonek untuk mengembalikan harkat dan martabat Persebaya.
Kacung-kacung yang mengotori Persebaya satu persatu ditendang oleh Bonek.
Materi, tenaga bahkan keringat direlakan untuk Persebaya karena Bonek memiliki
prinsip yang kuat akan keadilan dan kebenaran. Aksi perjuangan ini berbuah
bahagia di Bandung tanggal 8 Januari 2017 Persebaya kembali diakui oleh
federasi.
Persebaya
kembali bangkit dan mengelurkan taringnya kembali. Anak dari Dahlan Iskan yakni
Azrul Ananda dengan tegas dan bertanggung jawab menjadi presiden klub
Persebaya. Gaji-Gaji yang ditunggak secar perlahan dilunasi. Manajemen klub
diperbaiki menjadi manajemen yang sehat. Pembinaan dilakukan dengan maksud
menciptakan generasi emas Persebaya. Perubahan yang dilakukan Azrul Ananda
berbuah emas, Persebaya berhasil menjuuarai Liga 2 pada tahun 2017. Pada tahun
berikutnya Persebaya semakin berjaya, walaupun belum menjuarai Liga 1 tetapi
prestasi Persebaya di tahun 2018 cukup memuaskan. Persebaya menunjukkan kembali
bahwa tim asal Suarabaya ini masih ada dan selalu berjaya.
Awal
tahun 2019 permasalahan mengenai bursa transfer menjadi hal yang membuat
perselisihan antara manajemen dengan suporter. Namun Persebaya berhasil
menunjukkan apa yang dipikirkan Bonek mengenai bursa transfer itu salah.
Persebaya mulai merekrut pemain berkulitas yang diharapkan mampu meningkatkan
prestasi Persebaya. Lambat laun Bonek mulai meredakan emosi dan menerima secara
ikhlas pemain rekrutan manajemen. Tahun 2019 menjadi tahun harapan bagi
Persebaya. Manajemen yang mulai tertata dengan baik. Kedewasaan suporter yang
semakin membaik. Step by step menuju
Persebaya berjaya sudah terbentuk. Kolaborasi antar manajemen, pemerintah dan
suporter menjadi kunci keberhasilan Persebaya di tahun 2019. Manajemen harus
mampu membentuk dan mendewasakan tim. Pemerintah Surabaya harus mampu menjadi
penyedia infrastruktur yang bertaji. Suporter harus mulai membelajarkan
kedewasaaan di setiap lini. Apabila tiga pilar ini didirikan dengan kokoh dan
kuat niscaya banguanan yang indah dan tahan akan goncangan akan terbangun.
‘Salam satu nyali’ menjadi slogan yang selalu
disuarakan. Dengan slogan ini diharapkan tidak hanya menjadi slogan melainkan
mampu diserap guna menjayakan Persebaya ditahun 2019. Kata satu dalam slogan
tersebut berartu menggabungkan setiap pemikiran, ide, dan aspirasi menjadi satu
keputusan. Nyali dapat diartikan sebagai keberanian yang tak tergoyahkan.
Secara harfiah ‘satu nyali’ mampu menjadi satu keputusan yang berani. Berani
dalam berubah, berani dalam menunjukan fair play diluar dan didalam lapangan.
Persebaya 2019 harus berani berubah dari tahun sebelumnya. Perbaikan manajemen,
komunikasi yang terjalin harus lebih baik dengan suporter bahkan kerja sama
dengan pemerintah Surabaya harus diintensifkan. Tak ada kata lelah untuk
Persebaya dan tak ada kata berhenti untuk Persebaya. Merubah memang bukan hal
yang mudah akan tetapi perubahan akan berbuah kebahagian. Bonek akan selalu
mendukung langkah berubah yang dilakukan Persebaya di tahun 2019.
Ditulis oleh: Romadhon Wahyudi
Salah satu karya terbaik dalam lomba karya tulis dengan tema "Persebaya 2019" pada Bonek Fair #2.