Jumat, 01 September 2017

Lika Liku Menjadi Bonita

Oleh : Risa Terry (Bonek Campus Universitas Muhammadiyah Surabaya) 

Saat berumur 14 tahun, saya akrab sekali dengan 3 kata, “Persebaya” “Bonek” dan “Tawuran”. Kata yang terakhir, memang saat itu dan kadang masih berlaku sampai sekarang, image negatif tentang Bonek, mulai perusuh, hoby tawuran, yang jelek-jelek lah pokoknya. Entah karena apa. Tapi di lain sisi, saya juga sering mendapat cerita bahwa menjadi Bonek itu menyenangkan, punya keasikan tersendiri, bisa menghilangkan penat dengan seru-seruan bernyanyi didalam stadion bersama-sama. Dari sana, timbul rasa ingin nonton Persebaya pertama kali, ingin membuktikan sendiri cerita-cerita itu.

Seiring berjalannya waktu saya kerap melihat di pasar-pasar dan di pinggir-pinggir jalan banyak sekali yang berjualan kaos bergambar "Ndas Mangap". Dimana, saya tau jika yang memakai kaos "Ndas Mangap" itu pasti anak Bonek.
Sontak terpikir ........

“Wah kalo mau jadi bonek, aku harus punya nih kaos ‘Ndas Mangap'”
 “Pasti banyak ntar yang bilang aku sangar kalau aku pakai kaos ‘Ndas Mangap’”

Ya begitulah kurang lebih pemikiranku saat itu, pemikiran seorang gadis polos,14 tahun, yang tinggal di salah satu perumahan Sidoarjo tapi terbiasa berada di lingkungan yang banyak Bonek-nya, karena kebetulan ayah dan teman-temannya adalah pecinta Persebaya. Bahasa pincak-pincuk dulu sering sekali aku dengar, yang saat itu saya juga tak paham artinya. 

Kembali ke soal keinginanku membeli kaos ‘Ndas Mangap’ yang akhirnya setelah melalui proses panjang merayu ayah, saya jadi juga dibelikan kaos ‘Ndas Mangap’ yang full version (depan belakang bergambar Ndas Mangap). Daaaaan, tak tanggung tanggung, saya dibelikan tigaaa kaos langsung!! Waaaah betapa bahagianya saya saat itu, bayangan saya akan dilihat sebagai cewek sangar sudah terwujud di depan mata.

Tak berhenti dengan membelikan kaos, ayah saya pun mengajak ke stadion tambaksari, momen yang sangat aku tunggu-tunggu. Betapa excited-nya saya saat itu. Dengan kaos ‘ndas mangap’ baru, saya melihat pertandingan Persebaya untuk pertama kalinya. Saya lupa saat itu lawannya siapa, karena saya memang lebih tertarik dengan pemandangan di stadion kala itu. Pemandangan yang baru pertama kali saya lihat.

Stadion yang full dipenuhi warna hijau royo-royo, beberapa aku lihat juga Bonek yang mukanya berlumuran cat hijau, rambut pada acak-acakan, bertatto, dan kebanyakan yang saya temui juga tak memakai sandal ataupun sepatu. Dengan mengkeritkan dahi, saya hanya bisa berkata dalam hati (mbatin) .....
“Oh ini ta, Bonek yang kata orang sangar-sangar”

Sesaat kemudian, perhatian saya beralih ke nyanyian-nyanyian dukungan dari Bonek untuk Persebaya. Yang dulu, sangat susah sekali aku menghafalkan liriknya, alih alih ikutan satu suara bernyanyi, saya hanya bisa berteriak “Ayo..Ayo..Ayo” dan itupun saya pribadi juga tak mengetahui tujuan saya sendiri, yang saya tau hanya ingin ikut serta seru-seruan mendukung Persebaya. Tak hafal lirik nyanyian gapapa deh, toh tak ada yang memperhatikan juga.

Saya ingat sekali, pada jeda babak pertama, ada seorang ibu berbaju orange, berambut pendek yang menawarkan lumpia.

 "Nak beli lumpianya nak, biar ngga lapar"

Seketika itu juga, perutku langsung lapar karena melihat tumpukan lumpia yang masih hangat. Dan, sudah bisa ditebak, saya akhirnya membeli lumpia tersebut. Yang efeknya sampai sekarang saya doyan banget sama lumpia di stadion. Pasti menjadi agenda wajib yang harus saya beli tiap datang langsung saat match Persebaya.

Selain terpana karena kondisi / atmosfer stadion, saya juga terpana ketika pandangan mata saya jatuh kepada mbak-mbak berambut pendek, dikuncir 2, memakai kaos Persebaya, dan bersepatu. Dia berhasil menyita pandangan saya dalam waktu yang cukup lama, karena baru dia yang untuk pertama kalinya saya lihat tampil modis di stadion.
Sekali lagi saya berangan-angan dan mbatin ....

“Kalau sudah besar aku mau ahh kayak mbak itu, selain modis, mbak itu juga berani duduk dipagar, berani bernyanyi, berteriak-teriak bareng temen-temen cowonya”

Karena, saya dahulu memang culun sekali, stigma anak “mama dan ayah” sangat melekat di diri saya.

Setelah selesainya pertandingan pada saat itu, yang saya juga lupa berapa skor akhirnya (sekali lagi karna saya tidak fokus pada pertandingannya, saya terpana melihat pertama kali anak-anak bonek dengan kekompakannya saat mendukung Persebaya) saya melihat banyak yang berjualan kaos, syal, topi dan aksesoris lainnya yang bertemakan Persebaya tentunya. Yang saya terpikir, suatu saat harus punya semua aksesoris itu.


Setahun kemudian, tak terasa setelah mengumpulkan pelan-pelan, sudah banyak aksesoris / atribut bertemakan Persebaya milik saya. Mulai kaos, topi, syal bahkan sepatu pun saya sudah punya semua. All about Persebaya. Saya juga sering sekali update pertandingan-pertandingan Persebaya di koran pagi milik ayah, bukan karena pertandingannya tapi lebih karena ingin melihat berita kekompakan anak anak bonek didalam stadion.

Memasuki bulan Juni 2012 tanggal 1, seperti biasa saya membaca koran pagi, dan disana tertera jadwal pertandingan Persebaya. Tanggal 3 Juni 2012 tepatnya, Persebaya akan bertanding melawan Persija. Awalnya saya dan ayah sudah memutuskan harus berangkat menonton, Big match kan sayang kalo tak nonton langsung. Dan, entah itu feeling dari seorang mama, saya dan ayah tak diijinkan untuk berangkat ke Surabaya dukung Persebaya.

Pagi ke siang, siang ke sore, sore ke malam. Hingga muncul berita di TV, malam itu.... ya malam itu, malam yang berhasil membuat saya menangis, menangis karena diberitakan bonek bentrokan dengan polisi, saya tak menyangka anak bonek yang selalu ceria didalam stadion kenapa bisa seperti itu. Suasana hati saya juga campur aduk saat itu, bingung, sedih, kesal juga. Bingung karena, saya pribadi bertanya-tanya benarkah anak bonek bisa seperti itu tanpa ada penyebabnya. Karna saya tau, bonek yang penampilannya memang identik sangar-sangar itu, sejatinya mereka baik-baik, tak seperti image negatif yang sering media berikan.  

Setelah melihat itu bersama orangtua saya, saya melihat ekpresi kekecewaan dari ayah dan mama saya, saya menduga mereka berdua telah menyesal mengenalkan saya dengan Persebaya dan Bonek. Dan, saya tahu dugaan saya benar, setelah keputusan akhirnya orangtua saya membuang segala macam atribut yang saya bangga-banggakan, atribut yang membuat saya terlihat lebih sangar, atribut yang sudah saya kumpulkan selama setahun kebelakang, atribut yang sudah saya persiapkan untuk saya kenakan saat dewasa nanti dan tentu akan menjadi barang-barang yang punya cerita indah kelak. Tapi semua sirna... semuanya hilang, dibuang orangtua saya, mulai kaos, syal, topi, sepatu, semuanya tak dapat saya temukan lagi. Selain itu, tak ada lagi koran pagi ayah yang biasanya jadi sarana saya tau kabar berita tentang Persebaya. Benar-benar sedih saya saat itu.


Setelah menunggu berhari-hari, berbulan-bulan, setelah saya kehilangan koran pagi serta atribut Persebaya, akhirnya hari itu datang. Hari yang menghapus kesedihan saya, saat ayah saya memberi sebuah nasihat / janji lebih tepatnya akan mengijinkan saya mendukung Persebaya lagi.

Melalui perkataan sederhana ......

"Ica, kalau kamu sudah bisa cari uang sendiri, boleh beli baju ndas mangap lagi, boleh beli yang banyak, boleh jadi mbak-mbak yang duduknya di pagar kalau lihat Persebaya, boleh jadi apapun yg kamu mau asal bisa jaga diri”

Perkataan yang akan selalu saya ingat. Hari berlalu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Saya sungguh merindukan suasana stadion, saya merindukan lumpia, saya merindukan kekompakan anak-anak Bonek lagiL.
Akhirnya, diumur 19 tahun saya mulai bekerja, bisa cari uang sendiri. Gaji pertama saya, saya gunakan untuk beli baju Persebaya lagiii. Mengikuti perkembangan berita tentang Persebaya lagi, Yeaaay.

Dan, setelah sekian lama, moment yang saya rindu-rindukan telah kembali. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya Bonek bersama-sama telah berhasil mengembalikan Persebaya ke kancah sepakbola lagi. Kini saatnya, saya kembali memakai atribut bertemakan Persebaya lagi, yang kini designnya lebih kreatif-kreatif. Saatnya, memasuki stadion dengan semangat baru. Tak ada lagi yang perlu ditakutkan kala datang ke Stadion.

Kini bisa kita lihat wajah Bonek dengan image baru. Image yang perlahan-lahan menujukkan jika Bonek telah berubah ke arah yang lebih baik. Bonek yang mengajarkan saya arti kesetiaan terhadap kebanggaan, mengajarkan arti kesetiakawanan, kekeluargaan, dan mengajarkan arti nasionalisme yg tinggi. Kini saya bangga menjadi seorang BONITA (Bonek Wanita) yg ngga culun lagi meskipun masih takut duduk di pagar. HAHA.

Bersama Zoro, Salah Satu Maskot Persebaya

Bersama Rekan-Rekan Bonek UMS 

Terakhir, ini cerita saya, cerita dari mulai saya baru tau apa itu supporter apa itu Persebaya. Sampai kini, dan selamanya, kebanggaan saya tetap Persebaya.

Semoga tulisan ini, bisa membuat kalian lebih bangga dengan Persebaya. Yuk Mbonek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar