Menjadi Bonek (Supporter Persebaya) tidaklah mudah.
Banyak image negatif yang melekat didalamnya. Image yang paling banyak andilnya
karena ketidakseimbangan pemberitaan media. Kala ada Bonek yang bertindak
negatif berjibun media berlomba lomba jadi yang pertama memberitakan,
sebaliknya kala banyak hal hal positif yang Bonek lakukan, jangan harap ada beritanya
di media, karena memang kemungkinan kecil mereka meliput.
Image negatif ini juga bisa terawat karena asumsi,
asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa Bonek ya meresahkan, menakutkan,
tukang rusuh, asumsi yang seolah-olah menyangsikan jika setiap manusia bisa berubah,
berproses menjadi lebih baik. Hanya beranggapan, jika bonek dulu pernah rusuh,
ya selamanya bakal rusuh. Tak bisa berubah.
“Jangan terlalu cepat menilai
seseorang karena setiap orang suci pasti punya masa lalu, dan setiap pendosa
masih punya masa depan”
Bahkan yang lebih parah, asumsi ini dipersempit
hanya berdasarkan melihat penampilan luar saja, hanya dari cara Bonek
berpenampilan. Singkat cerita kebanyakan orang memandang Bonek sebagai sosok
yang sangat meresahkan, bahkan ada yang sampai pada titik anggapan Bonek
sebagai sampah masyarakat yang bisanya hanya meresahkan warga sekitar, membuat
kegaduhan dan merusak fasilitas umum. Semua anggapan itu muncul hanya karena
bonek berpakaian acak-acakan, korak
(sok jadi preman).
“Jangan sampai, penilaian
atau kesan negatif pada Bonek menghalangi kita melihat kebaikan dibalik
penampilan mereka”
Alangkah baiknya kita mengenal lebih dalam Bonek
yang saat ini semakin baik, bonek yang meski berpenampilan lusuh, korak, tidak
rapi, acak2an dan berantakan namun didalam mereka ada jiwa yang ingin membangun
kedamaian, kebaikan yang mulia, keamanan bagi sesama, dan keselarasan. Mereka yang
dalam beragam aksi pengembalian Persebaya bagaimanapun hasilnya, selalu
berujung damai. Mereka adalah pemersatu supporter sepak bola yang ingin bersama
sama mengembalikan tujuan awal sepakbola yakni sebagai pemersatu, menjadikan
supporter lain sebagai teman dan saudara di dalam dan diluar lapangan/tribun.
Tahukah kalian disisi lain kehidupan bonek yang anda
tafsirkan seperti itu, tidak semuanya benar, bahkan banyak salahnya. Banyak
Bonek yang berasal dari kalangan berada, yang kehidupannya cukup, yang
kebutuhannya hampir semua bisa terpenuhi, tapi memilih berpenampilan apa
adanya. Bonek buat saya di artikel ini adalah bonek yang apa adanya, Bonek yang
tidak harus selalu menunjukan apa yang dia punya sesungguhnya. Mendukung tim
Persebaya adalah suatu keharusan tanpa harus adanya “keruwetan” , tanpa perlu merubah
image hanya demi mendapat sebutan “best
supporter” (dalam segi penampilan baju, dll).
“Kesederhanaan dan apa adanya itu adalah
Bonek”
Karena yang terpenting bisa memberi dukungan kepada
Persebaya, mengawal Persebaya di kala main dimanapun, termasuk saat di luar
kandang, dengan kendaraan apapun (bisa kereta, motor, kapal, pesawat, atau
estafet dari 1 truk ke truk yang lain) yang penting bisa sampai di tempat
Persebaya berlaga. Saat kembali pun dengan upaya sendiri tanpa harus
membebankan pihak lain.
Terakhir, poinnya memang bukan tentang cara
berpakaian, apalagi sampai mengadili kebaikan dan keburukan hanya berdasar penampilan semata. Karena penampilan adalah pilihan masing-masing orang yang harus kita
hargai bersama. Hakikat kebaikan ada pada tindakan yang dilakukan, bukan pakaian yang digunakan. Dan, yang terpenting tetap mendukung Persebaya sepenuh hati, dalam
kondisi apapun, dan menganggap Persebaya sebagai kebanggaan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar