Oleh : Nindi Widiara
(Bonita Campus UPNVJT)
Bonek tidak mempunyai nilai jual yang tinggi untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Surabaya, Bonek pun bukan penarik minat konsumen masyarakat umum dalam berbelanja yang mengatasnamakan identitasnya, tetapi itu tidak berlaku di hadapan media, ya media massa selalu tertarik jika mengangkat tema dan topik pembahasan mengenai sepak terjang dan tingkah pola suporter Bonek dalam perjalanannya.
Kejadian di Sragen, Jawa Tengah yang menewaskan suporter Malang atau Aremania beberapa waktu lalu dengan mencantumkan oknum-oknum yang tidak bertangung jawab asal Surabaya sontak memantik kepihatinan kami yang merasa di rugikan atas pemberitaan tersebut, terlebih munculnya headline news salah satu media cetak asal malang yang menyudutkan kami. Media yang harusnya bersifat netral malah menjadi alat penebar kebencian.
Dengan inisiatif dan kemauan sesama Bonek tercetuslah acara bagi-bagi bunga bagi pengendara umum ber plat N di kota Surabaya, tujuannya ingin menunjukkan bahwa Surabaya tetap aman bagi siapapun yang tinggal disini termasuk warga Malang pun, dan tidak terpengaruh berita bahwa di Malang dan sekitarnya mengadakan sweepingan kepada pengendara ber plat L.
Sayang usaha kami untuk tetap mengkondusifkan situasi dan kenyamanan terusik oleh ulah media nasional, yaitu Tv One. Pemberitaan yang sedang hangat-hangatnya ini di tayangkan secara langsung tanggal 19 februari 2016. Dengan narasumber Yuli Sumpil selaku dirijen Aremania, wawancara dengan Andi Peci selaku Presidium Bonek dan 2 tersangka penyerangan Aremania.
Tema yang di angkat adalah mengenai rivalitas kedua suporter yang mewakili kefanatikan akan tim kebanggaan masing-masing, sayangnya acara "Telusur" tersebut tidak berimbang, dan kami (Bonek) merasa dirugikan atas cara pengolahan data wawancara yang sengaja di potong dan tidak sepenuhnya diketahui oleh penonton dirumah. Andi peci selaku perwakilan Bonek yang diwawancarai menegaskan bahwa apa yang ia katakan tidak semuanya ditayangkan tetapi ada beberapa yang sengaja dipotong dan dihilangkan. Bahkan terdengar nyanyian rasis yang entah mengapa ditayangankan oleh Tv One, dari beberapa chant/nyanyian yang dipunyai Aremania, Tv one memilih untuk menutup acara "Telusur" dengan nyanyian rasis untuk Bonek.
Pertanyaannya,untuk apa gelar suporter ter-fair play bahkan menjadi suporter percontohan di Indonesia jika didalam stadion tetap menyanyikan lagu rasis? Atau mungkin kalian hanya terlihat fair play jika sedang live dihadapan kamera saat ada pertandingan?
Jika bicara tentang kebanggaan, maka Bonek juga bukan satu-satunya suporter yang diam saja saat melihat tim kebanggaan atau identitasnya dirusak oleh pihak-pihak yang dengan sengaja ingin menjatuhkan nama baiknya hanya untuk kepentingan rating televisi saja. Tidak lama setelah tayangan tersebut, sosial media sudah ramai dengan tweet bonek yang merasa dirugikan atas tayangan tersebut, puncaknya Bonek sepakat akan ngluruk langsung ke kantor Tv One biro Surabaya di daerah Jemursari, tidak itu saja Bonek juga akan mengadukan Tv One ke KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).
Ini bukan yang pertama kali Tv One merugikan Bonek, mulai dari Karni Ilyas hingga acara "Telusur" kemarin. Apakah pemberitaan Bonek jauh lebih istimewa dibanding isu-isu politik? Perpecahan 2 kubu dalam satu partai? Bahkan pemberitaan tentang jessica kumala wongso sejenak menghilang dari peredaran.
Dalam durasi penayangannya, kesempatan Bonek untuk bisa berbicara dan melakukan klarifikasi seperti menunggu antrian mengurus BPJS yang lama. Tapi itu tidak berlaku untuk aremania, anggap saja acara tersebut bertajuk “1 jam bersama Aremania” atau “kedekatan media massa dengan Aremania” mengingat 20 menit dari total 30an menit tayangan menjelaskan tentang Aremania. Yang jadi pertanyaan, jika acara itu menayangkan khusus tentang siapa dan bagaimana itu Aremania untuk apa sosok Andi peci ada dalam salah satu cuplikan wawancara jika diakhir cerita yang diucapkan tidak sepenuhnya di tayangkan?
Seharusnya Tv One belajar dari pengalaman, sekelompok suporter yang bisa “menampar” seorang lawyer atas ucapannya yang ngawur tentang Bonek dan membalikkan keadaan untuk lawyer tersebut melakukan permintaan maaf secara terbuka, dan sekarang terulang dengan host dan acara yang berbeda tetapi masih dalam satu stasiun televisi yang sama.
Tapi ibarat seseorang yang berjalan lalu terjatuh dan ada luka di kakinya, sudah diobati, rasa sakit tapi goresan luka itu tetap ada, walaupun Tv One sudah melakukan pendekatan dengan menyuruh 2 perwakilan wartawannya untuk mendatangi Mess Persebaya di jalan Karanggayam untuk mengkondisikan meredam rencana kawan-kawan Bonek mendatangi kantor Tv One tetap tidak mengendurkan rencana awal tersebut. Kami (Bonek) akan tetap bergerak untuk meminta penjelasan atas penayangan acara tersebut, dengan beberapa tuntutan yang harus dilakukan oleh Tv One.
Jika Tv One mau merefleksi diri, mungkin hal seperti ini bisa dicegah. Pergerakan Bonek untuk ngluruk ke kantor Tv one masih menunggu hari efektif kerja, tetapi sepertinya pihak Tv one juga berpikir ulang jika berhadapan dengan kelompok suporter Bonek, karena selentingan kabar di youtube beberapa kawan Bonek yang belum sempat menonton ulang tayangan tersebut kesulitan mencari karena sudah di hapus, itu pertanda bahwa Tv one mulai gentar dengan apa yang kami rencanakan dari awal, dan ini bukan sekedar gertakan untuk menakut-nakuti tetapi merealisasikannya secara nyata yang tujuannya adalah agar Tv one tidak mengulangi hal seperti ini dan bisa menjalankan tugasnya untuk menjadi media yang berperan memegang kedamaian dalam pemberitaannya yang di konsumsi oleh seluruh masyarakat indonesia tanpa memihak dan merugikan pihak manapun, ya walaupun kita sadari bahwa beberapa stasiun televisi swasta dimiliki oleh pihak-pihak yang backgroundnya adalah seorang politikus yang mungkin mempunyai tujuan berbeda dari awal terbentuknya media infromasi untuk masyarakat tetapi berkamuflase mempengaruhi orang-orang dengan pemberitaannya.
Sikap Bonek seperti ini adalah satu bukti nyata bahwa perubahan jaman juga mempengaruhi pola pikir suporter di indonesia, termasuk Bonek sendiri. Bonek, perlahan-lahan mampu mengkritisi setiap pemberitaan , informasi, dan hal-hal baru yang berkaitan dengan Persebaya dan Bonek. Segala macam kegiatan positif diluar lapangan yang dilakukan Bonek menjadi bukti kepada masyarakat jika Bonek bukan hanya suporter yang bisanya menonton ke stadion, bernyanyi, dan lainnya. Kami berusaha perlahan mengikis stigma negatif dari masyarakat dengan aksi nyata dengan tindakan & pergerakan dari Bonek yang mampu menginspirasi, menyadarkan pihak manapun bahwa fanatisme suporter tidak selamanya kaku yang menjurus kisruh tetapi beberapa contoh bentuk fanatisme juga berperan mengawasi pemberitaan yang melenceng dan tidak sesuai jalurnya, karena sejatinya media adalah salah satu 4 pilar demokrasi, yang juga berperan dalam pembentukan moral bangsa yang harus sama sama kita jaga. Oleh karnanya aksi kami (Bonek) hari senin nanti, sejatinya bukan hanya untuk Bonek sendiri, tapi juga untuk kemajuan bangsa, untuk menyadarkan peran media sesungguhnya yang harus memberikan berita berita yang objektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar